Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Advent Bangun Meninggal karena Gagal Ginjal, Penting untuk Diet

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Suasana rumah duka aktor senior Advent Bangun yang meninggal dunia pada 10 Februari 2018 di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Advent Bangun sebelumnya telah menderita gagal ginjal dalam dua tahun belakangan. tabliodbintang.com
Suasana rumah duka aktor senior Advent Bangun yang meninggal dunia pada 10 Februari 2018 di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Advent Bangun sebelumnya telah menderita gagal ginjal dalam dua tahun belakangan. tabliodbintang.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Aktor laga Indonesia, Advent Bangun, meninggal dunia pada Sabtu, 10 Februari 2018, pukul 02.35 WIB. Advent Bangun diketahui mengidap penyakit gagal ginjal sejak April 2017 dan harus melakukan prosedur cuci darah sebanyak dua kali seminggu.

Penyakit gagal ginjal disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Ginjal berfungsi untuk menyaring limbah dan cairan berlebih dalam darah yang kemudian akan dikeluarkan lewat urin. Saat terjadi gagal ginjal, cairan, elektrolit, dan limbah berbahaya akan mengendap dalam tubuh. Baca: Paspampres Harus Bisa Menembak dari Atas Motor dan Mobil Bergerak

Ada beberapa penyebab terjadinya gagal ginjal, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, nefritis interstisial (radang tubulus ginjal dan struktur ginjal), pielonefritis (infeksi ginjal), batu ginjal, refluks vesicoureteral (kondisi di mana urine kembali ke dalam ginjal), dan sebagainya.

Seseorang yang mengalami gagal ginjal akan merasakan beberapa gejala, seperti bengkak pada kaki, mual, sakit di bagian dada, kejang-kejang, dan sebagainya. Untuk mencegah terjadinya gagal ginjal, cara yang harus dilakukan adalah memerhatikan dosis obat OTC (obat bebas), memeriksakan ginjal, dan menjalani gaya hidup sehat.

Saat seseorang sudah mengidap gagal ginjal, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merawat atau mengobati penyakit tesebut. Berikut adalah cara yang biasanya dianjurkan dokter untuk mengatasi gagal ginjal. Baca: Terkadang Sepatu Paspampres Bisa Lebih Bagus dari Sepatu Jokowi

Diet

Seseorang yang mengalami gagal ginjal harus melakukan diet. Jenis makanan yang harus dihindari atau dikurangi dapat dikonsultasikan masing-masing pasien ke dokter gizi. Umumnya, jenis makanan yang harus dikurangi adalah makanan mengandung potasium, seperti pisang, yogurt, aprikot, blewah, bayam, dan alpukat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cuci Darah

Cuci darah dilakukan untuk menyaring dan membersihkan darah menggunakan sistem penyaring. Terdapat dua jenis cuci darah, yaitu hemodialisis dan dialisis peritoneal. Hemodialisis menggunakan mesin sebagai pengganti ginjal yang sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. Fungsinya adalah mengeluarkan kelebihan cairan dan garam untuk mengimbangi jumlah elektrolit dalam tubuh serta membuang zat sisa dari proses metabolisme. Baca: Waspada Dampak Diet Keto, Mayo dan OCD, Ini Kata Ahli

Sementara itu dialisis peritoneal menggunakan lapisan pada rongga perut sebagai penyaring. Caranya adalah menanamkan kateter pada rongga perut lewat operasi. Pada kateter, dimasukkan larutan dialisis untuk menyerap zat sisa dalam darah yang mengalir lewat abdomen. Perlu diingat, cuci darah tidak dapat menyembuhkan penyakit gagal ginjal. Hanya saja, cara ini dapat memperpanjang angka harapan hidup seseorang jika ia rutin mencuci darah. Teknik cuci darah sendiri harus ditentukan oleh dokter, dilihat dari kondisi pasien dan hasil diskusi dengan pasien serta pihak keluarga.

Transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal bisa dilakukan jika ada donor yang tepat. Pendonor bisa berupa keluarga yang memiliki jaringan serupa dan kompatibel. Jika tidak ada, pasien harus didaftarkan terlebih dahulu ke pusat transplantasi organ dan menunggu sampai mendapat pendonor yang cocok. Jenis pengobatan ini tentunya memiliki risiko bagi pasien. Sebab, terdapat kemungkinan tubuh menolak ginjal yang sudah ditransplantasi. Selain itu, terdapat juga risiko pendarahan dan infeksi. Jika transplantasi ginjal berhasil, fungsi ginjal akan kembali normal seperti semula.

AISHA SHAIDRA | ANASTASIA PRAMUDITA DAVIES | HEALTHLINE | MEDICINE NET | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

3 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

5 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

6 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

13 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

14 hari lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

14 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Senin, 22 April 2024. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung fasilitas dan alat-alat kesehatan yang ada di RSUD tersebut. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

15 hari lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

15 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

15 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

19 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.