TEMPO.CO, Jakarta - Demam Piala Dunia menular ke anak-anak dan para remaja. Mereka jadi kian bersemangat bermain sepak bola, baik di lapangan terbuka dekat rumah, di gang-gang, maupun di arena-arena yang mesti disewa per jam. Di balik aktivitas tersebut, ada risiko cedera atau terluka dan infeksi pada luka terbuka jika tak ditangani dengan tepat.
Menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO), cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi atau tidak dapat diduga sebelumnya. Menurut dokter ahli kedokteran olahraga Michael Triangto, pesepak bola rentan mengalami cedera meniscus dan robek pada anterior cruciate ligament (ACL). “Meniscus adalah tulang rawan berbentuk C kecil yang berfungsi sebagai bantalan dalam persendian lutut,” kata dia.
Baca: Berbagai Inovasi untuk Memulihkan Cedera, MRI Sampai Arthroscopy
Letaknya, kata dia, di antara tulang paha dan tulang kering. Satu pada bagian dalam lutut dan satu lagi berada di luar. Cedera ini kerap terjadi akibat pergerakan memutar pada sendi lutut ketika kaki dalam kondisi menapak dan sendi lutut dalam posisi ditekuk. Cedera ini, selain dapat menghambat kinerja normal lutut dan menyebabkan rasa sakit, dapat mengakibatkan pembengkakan dan kekakuan.
Adapun ACL merupakan jaringan ikat di dalam tubuh manusia yang berfungsi menghubungkan antar-tulang yang terletak di dalam lutut. “Cedera ACL terjadi ketika ada tekanan yang terlalu besar yang diterima oleh ACL sehingga menyebabkan ligamen robek atau terputus,” kata dia. Ketika ACL rusak, seorang penderitanya dipastikan sangat sulit berjalan dengan normal dan lutut dapat bergeser maju atau mundur.
Baca: Dokter Ingatkan Soal Lamanya Penyembuhan Cedera Bahu
Untuk orang-orang yang memiliki aktivitas fisik harian tidak setinggi atlet, kondisi cedera ACL dapat ditangani dengan baik. Kecenderungannya menjadi fatal, lebih rendah ketimbang atlet. Sebab, setelah menjalani serangkaian perawatan, kaki dapat kembali berjalan seperti sediakala. Tapi cedera ini menjadi momok bagi atlet, terutama pemain sepak bola, karena mereka memerlukan kaki yang cukup kokoh untuk berlari dan menendang bola.
Michael mengatakan, pada kedua kondisi tersebut, tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah RICE, yaitu rest atau beristirahat, immobilize atau tidak bergerak, compression atau kompresi, dan elevation atau elevasi. “Terapi awal atau penanganan awal semua sama,” kata dia. Michael mengatakan penghindaran aktivitas biasanya dianjurkan selama 24–72 jam pertama sejak cedera.
Baca: 5 Dampak Benturan di Kepala Seperti yang Dialami Raja Gowa
Menurut dia, istirahat juga penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada otot dan jaringan di sekitar area yang terluka. “Lama istirahat bergantung pada cedera, tapi pada umumnya satu minggu,” kata dia. Selama itu, lutut akan dibidai atau diperban untuk mencegah gerakan tidak perlu yang dapat memperparah kerusakan jaringan dan otot.
Selama 24–72 jam pertama, lutut yang cedera juga harus dikompres dengan es yang dibungkus handuk. Tujuannya adalah meredakan pembengkakan dan membantu menstimulasi aliran cairan limfa yang membawa nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan di sekitar luka untuk regenerasi. Lutut yang diangkat juga akan membantu meredakan pembengkakan pada area cedera.
KORAN TEMPO