TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis kuliner tengah digandrungi di Tanah Air. Hal ini lantaran menjalankan bisnis kuliner dianggap lebih mudah jika dibandingkan dengan jenis bisnis lainnya. Padahal setiap bisnis termasuk kuliner memiliki romantika masing-masing. Jika tidak tepat penanganannya, fondasi bisnis yang telah susah payah dibangun bisa goyah. Bagaimana menyiasatinya?
Baca: Bosan Sarapan Biasa? Coba Mi Soba, Kuliner Khas dari Jepang
Baca Juga:
Erwin Ongkowijoyo, pemilik dua bisnis kuliner Tot.Aw dan Laréia menceritakan suka duka menjalankan bisnis kuliner. Di antaranya, inovasi produk dan mencari strategi menjalankan dua bisnis kuliner sekaligus.
“Inovasi produk perlu diperhatikan. Tren kuliner Indonesia saat ini adalah kuliner tradisional dengan konsep kekinian. Ketika melakukan inovasi produk, misalnya saat saya membangun Tot.Aw dimana mi instan bahan baku utamanya, maka saya tidak bisa menyajikan mi instan polos saja. Harus ada sesuatu yang unik sebagai nilai tambah. Makanya saya membuat mi instan dalam bentuk kue. Atau jika ingin menghadirkan kuliner dari luar negeri, maka saya harus mengadaptasi menu itu sesuai dengan kebiasaan pembeli di sini. Yang menurut saya enak, belum tentu menurut pembeli enak,” kata Erwin saat dihubungi Bintang, minggu lalu.
Selain itu, menjalankan dua bisnis kuliner menuntut Erwin fokus mengingat Tot.Aw dan Laréia memiliki segmentasi pasar berbeda. Tot.Aw merupakan bisnis kuliner kreatif berbahan dasar mi instan sementara Laréia menyuguhkan kue dan hidangan penutup.
“Kuncinya, fokus. Setiap perusahaan memiliki sistemnya sendiri, maka fokuslah untuk menjalankan sistem dengan baik. Saya berada di Jakarta sementara Laréia berpusat di Surabaya. Maka mencari orang yang dapat dipercaya untuk mengurus Laréia menjadi hal yang sangat penting,” terangnya.
Baca: Nutrisi Kuliner Ini Lebih Kaya dari Beras, Apa Itu Mi Soba?
Bisnis kuliner Laréia kini memiliki dua outlet di Surabaya serta menjalin kerja sama strategis dengan lebih dari 25 restoran maupun kedai kopi di Jakarta, Bandung, dan Semarang.