TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis Ratna Sarumpaet mengaku dirinya berbohong tentang operasi plastik yang dilakukannya. Ia sempat menjelaskan bahwa dirinya digebuk orang saat menunjukkan wajahnya yang bengkak. "Saya minta maaf kepada pak Probowo, Amin Rais, sahabat-sahabat perjuangan saya di koalisi 02, saya minta maaf atas kebodohan saya," kata Ratna Rabu 3 Oktober 2018.
Baca: Kenal Ratna Sarumpaet, Glenn Fredly Pernah Sampaikan Kritik Pedas
Ratna mengatakan berbohong terkait sedot lemak yang dilakukannya karena dia membutuhkan alasan untuk anak-anaknya terkait lebam di wajahnya. "Saat saya pulang saya butuh alasan untuk anak saya kenapa wajah saya lebam, saya jawab dipukul orang," ujarnya.
Psikolog Klinis dan Forensik Kasandra Putranto mengatakan berbohong adalah karakter seseorang. "Itu karakter. Sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat akan kepeleset juga. Seharusnya menjaga lisan dan laku ya," katanya.
Kasandra menilai kebohongan Ratna masih perlu dideteksi lebih lanjut. "Apakah ia kuatir mengenai persepsi mengenai oplas dan asal dananya, terutama dalam kondisi Indonesia tengah berduka pasca tragedi Toba, Lombok dan Palu. Apakah memang ada intensi untuk memanfaatkan kondisi lebam untuk tujuan tertentu, atau ia ingin mendapatkan perhatian," kata Kasandra seperti diberitakan Antaranews.
Pemilik Lembaga konsultasi psikologi Kasandra & Associates Kasandra ini menyebutkan bahwa kemungkinan tersebut mesti ditelusuri terlebih dahulu berdasarkan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. Nantinya akan diketahui dari hasil penyidikan.
Kasandra mengatakan pelaku kebohongan memiliki konsekuensi terhadap hancurnya image, sanksi sosial hingga hukum. "Berbohong itu tidak ada yang baik, white lies sekali pun. Termasuk menunda, menahan informasi dengan sengaja sampai memanipulasi informasi. Kecuali dengan tujuan melindungi nyawa dan kondisi psikologis seseorang," kata Kasandra.
Baca: Ratna Sarumpaet Ciptakan Hoax, Teman Terancam Penjara 6 Tahun
Ia menambahkan, berbohong dalam konteks yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet ini adalah mengembalikan citra setelah melakukan kebohongan. "Melakukan permohonan maaf secara tulus, menerima segala konsekuensi dengan lapang dada, dan melakukan perubahan perilaku secara konsisten dengan komitmen untuk tidak melakukannya lagi," kata Kasandra