Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ada 3 Risiko Fatal, Bayi Kembar Siam Asal Aceh Belum Bisa Dipisah

image-gnews
Ilustrasi bayi berkepala dua/kembar siam. ANTARA
Ilustrasi bayi berkepala dua/kembar siam. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, JakartaBayi kembar siam dempet kepala alias Craniopagus belum berhasil dipisahkan. Berdasarkan diagnosis medis, pemisahan kepala bayi kembar siam asal Kutacane, Aceh Tenggara bernama Fitri Sakinah dan Fitri Rahmawati yang lahir 2 Mei 2015 lalu itu penuh risiko.

Baca: Tips Mengganti Popok Bayi

“Karena ada kelainan saraf pada otak,” kata Direktur Penunjang Medis RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Dokter Spesialis dan Konsultan Bedah Saraf Kolonel Agus Yulianto dalam konferensi pers di Gedung Bulat RSUP Sardjito Yogyakarta, Senin, 15 Oktober 2018.

Beberapa saat usai lahir, Sakinah dan Rahmawati sempat dirawat di Rumah Sakit Zainal Abidin di Banda Aceh selama 33 hari sebelum kemudian dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto pada 16 Juni 2015 karena keterbatasan alat. Koordinasi dengan para ahli dalam Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (Perdossi) saat itu pun dilakukan. Termasuk dengan Profesor Padmosantjojo yang berhasil memimpin operasi kembar siam dempet kepala Pristian Yuliana dan Pristian Yuliani asal Riau di RS Cipto Mangunkusumo pada 21 Oktober 1987 silam. Tim juga konsultasi dengan Profesor Goodrich dari Amerika Serikat yang melakukan diagnosis neuropedriatik. “Hasilnya, sangat berisiko. Lebih dari 70 persen otak menyatu,” kata Agus.

Risiko tersebut, meliputi tiga hal. Pertama, pembuluh darah otak menyatu sehingga tidak bisa dipisahkan. Kedua, apabila dipisahkan, maka salah satu bayi akan meninggal dunia. Ketiga, apabila dipisahkan, bayi yang hidup tidak bisa dijamin hidup dalam kondisi normal. Lantaran kondisi ginjal dan saraf masing-masing bayi tidak sama. Ginjal salah satu bayi berfungsi normal, tetapi kondisi sarafnya kurang berfungsi optimal. Begitu juga sebaliknya. Diagnosis itu dikuatkan dengan pemeriksaan profil pembuluh darah otak dengan pemeriksaan Digital Substraction Angiography (DSA) dan renogram untuk melihat fungsi ginjal. “Bayi yang ginjalnya bagus mensuplai bayi yang kondisi sarafnya bagus. Jadi dilematis,” kata Agus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Langkah pertama yang dilakukan saat itu adalah melakukan kraniektomi atau operasi memotong sebagian tulang tengkorak di RSPA Gatot Subroto pada 27 Juni 2015. Kemudian kedua bayi dirujuk ke RSUP Sardjito di Yogyakarta untuk ditangani lebih lanjut pada 10 Juli 2015. Mengingat Ketua Perdossi saat itu, Profesor Endro Basuki bertugas di sana. Tim besar pun dibentuk dengan mengkolaborasikan ahli dari tiga rumah sakit, yaitu RSUD Zaenal Abidin, RSPAD Gatot Subroto dan RSUP Sardjito di bawah pimpinan Ketua Tim Profesor Sunartini Hapsari dari RSUP Sardjito. Sejak 2015, Sakinah dan Rahmawati telah menjalani lima kali operasi. “Operasi kraniektomi agar struktur kepala menjadi fleksibel. Jadi bayi kembar sekarang sudah bisa berdiri dan berjalan,” kata mantan Ketua Perdossi Endro Basuki.

Sedangkan operasi III-V yaitu pemisahan kepala, tidak mencapai target yang diharapkan. “Jadi operasi IV dan V semakin menguatkan tim kalau pemisahan kepala bayi kembar ini sangat berisiko,” kata Endro.

Baca: Jangan Asal, Pastikan Bayi Terserang Asma dengan Cara Berikut

Selama ini, Sakinah dan Rahmawati dirawat di Bangsal Anak di RSUP Sardjito. Kedua orang tua dan kakaknya turut tinggal di sana. Dan saat ini, Sakinah dan Rahmawati menjalani proses transisi di bawah pengawasan Komisi Perlindungan Anak (KPA) Daerah Istimewa Yogyakarta sekitar enam bulan sebelum kembali di Aceh.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perkosa Bayi Berusia 5 Hari, Pria Brasil Dibekuk Polisi

2 jam lalu

Ilustrasi perkosaan. tehelka.com
Perkosa Bayi Berusia 5 Hari, Pria Brasil Dibekuk Polisi

Selain kasus bayi diperkosa, pria Brasil ini juga sedang menghadapi penyelidikan atas percobaan pemerkosaan terhadap seorang remaja


Mengenal Lebih Dekat 7 Jenis dan Tipe Popok Clodi

22 jam lalu

Ilustrasi popok kain/cloth diapers. Kangacare.com
Mengenal Lebih Dekat 7 Jenis dan Tipe Popok Clodi

Dengan memahami karakteristik jenis-jenis popok codi, orang tua bisa menemukan yang sesuai dengan kebutuhan dan k konndisi keluarga.


ASI Bubuk Tidak Direkomendasikan Dokter Anak, Begini Niat Baik Dibalik Pembuatannya

1 hari lalu

Sampel purwarupa air susu ibu (ASI) dalam bentuk bubuk rintisan mahasiswa dan dosen ITB. (Dok.Tim)
ASI Bubuk Tidak Direkomendasikan Dokter Anak, Begini Niat Baik Dibalik Pembuatannya

Inovasi ASI bubuk oleh mahasiswa ITB dipicu oleh niat menciptakan solusi untuk wanita karier yang kerap kesulitan menyusui.


Popok Bayi Baiknya Diganti dengan Tisu Basah atau Kapas, Mana yang Terbaik?

1 hari lalu

Ilustrasi ibu sedang mengganti popok bayi. Foto: Freepik.com/@gpointstudio
Popok Bayi Baiknya Diganti dengan Tisu Basah atau Kapas, Mana yang Terbaik?

Tisu basah lebih banyak dipilih orang tua untuk mengganti popok karena praktis, sedangkan kapas lebih aman digunakan dan mudah terurai.


Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

2 hari lalu

ilustrasi telinga bayi (pixabay.com)
Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

Deteksi dini pada bayi baru lahir bisa menggunakan alat bernama auditory brainstem response (ABR).


Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

3 hari lalu

Ilustrasi wanita lari di atas tangga. Unsplash.com/EV
Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot


5 Fakta ASI Bubuk Tak Direkomendasikan IDAI, Berisiko Terkontaminasi hingga Tidak Direkomendasikan untuk Bayi

3 hari lalu

Sampel purwarupa air susu ibu (ASI) dalam bentuk bubuk rintisan mahasiswa dan dosen ITB. Dok.Tim
5 Fakta ASI Bubuk Tak Direkomendasikan IDAI, Berisiko Terkontaminasi hingga Tidak Direkomendasikan untuk Bayi

Proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI bubuk,


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

10 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

11 hari lalu

Tenaga kesehatan memberikan pelayanan imunisasi dasar kepada bayi di Puskesmas 3 Denpasar Utara, Bali, Kamis 12 Januari 2023. Pemerintah Provinsi Bali menargetkan penurunan angka stunting hingga 7,71 persen pada tahun 2023 sehingga Bali tetap menjadi provinsi dengan angka kasus stunting terendah di Indonesia. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

Bayi wajib melakukan imunisasi untuk mencegah bahaya kesehatan, terutama ketika berusia 1-2 bulan. Lantas, apa saja jenis imunisasi yang wajib dilakukan bayi?


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

11 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.