Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Waspada Kematian Akibat Penyakit Jantung Mendadak Akibat Aritmia

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Iklan

TEMPO.CO, JakartaPenyakit jantung menjadi penyumbang angka kematian terbesar di Indonesia. Penyakit ini pun memiliki beberapa jenisnya. Jenis penyakit jantung yang paling sering mengakibatkan henti jantung adalah gangguan irama jantung (aritmia) yang berupa fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel yang cepat. Di Indonesia, jumlah pasien yang meninggal akibat kematian jantung mendadak diperkirakan lebih dari 100 ribu jiwa per tahun.

Salah satu jenis yang muncul adalah Sindrom Brugada, gangguan aritmia yang terjadi pada pasien tanpa keluhan. Jenis penyakit ini menjadi penyumbang terbesar kematian jantung mendadak pada individu yang sehat terutama di daerah Asia Tenggara. Penderita akan mengalami impuls listrik pada sel di bilik kanan atas jantung hingga menyebabkan jantung mudah berdetak dengan cepat.

Untuk penanganannya, perlu dilakukan pemasangan alat kardiak defibrilator implan (ICD) agar mampu menormalkan denyut jantung sehingga terhindar dari risiko fatal. Dengan kemajuan teknologi, pemasangan ICD kini tak perlu langsung di jantung, tetapi di bawah kulit melalui metode Subcutaneous Implantable Cardioverter Defibrillator (S-ICD). Tanggal 9 Maret 2024 yang lalu, Heartology menjadi rumah sakit jantung pertama di Indonesia yang melakukan pemasangan S-ICD pada pasien Sindrom Brugada.

Konsultan aritmia di Heartology Cardiovascular Hospital Sunu Budhi Raharjo mengatakan, belum lama ini seorang laki-laki, usia 46 tahun, dirujuk dari Papua untuk dilakukan
pemeriksaan jantung di Heartology Hospital. "Pasien relatif tanpa keluhan. Namun dari pemeriksaan elektrokardiografi (EKG), ditemukan gambaran gangguan aritmia yang disebut Sindrom Brugada. Penderita Sindrom Brugada memiliki cacat pada saluran ini dan menyebabkan jantung mudah berdetak dengan sangat cepat (fibrilasi ventrikel). Akibatnya, irama jantung terganggu dan bisa berakibat fatal,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada akhir April 2024.

“Dengan kemajuan teknologi, saat ini, pemasangan ICD tidak perlu langsung di jantung, namun cukup dipasang di bawah kulit, yang disebut S-ICD atau subcutaneous Implantable Cardioverter Defibrillator (gambar 2). Hal ini mampu memberi komplikasi lebih kecil. Yang tidak kalah penting, aktivitas pasien lebih tidak terganggu,” kata Sunu.

Gejala Sindrom Brugada

Gejala yang timbul dari Sindrom Brugada tidak jauh berbeda dengan gangguan irama jantung lainnya, seperti rasa berdebar, pingsan, kejang sampai meninggal mendadak. Sampai saat ini penyebab sindrom Brugada belum jelas. Akan tetapi, faktor genetik dipercaya memberi kontribusi yang penting. Dari hasil evaluasi Sunu, ternyata kakak kandung pasien meninggal mendadak pada usia 50an. "Pada pemeriksaan lanjutan, ditemukan bahwa pada pasien ini sangat mudah tercetus fibrilasi ventrikel, sebuah irama jantung supercepat yang mengancam nyawa. Kondisi tersebut menyebabkan jantung dapat berhenti di waktu yang tidak diketahui," kata Sunu.

Dengan terpasangnya alat ICD pada seseorang yang berisiko tinggi, saat terjadi denyut jantung supercepat, alat akan secara otomatis menghentikan dengan sebuah energi kejut. Dengan begitu, orang tersebut terhindar dari risiko yang fatal. Oleh karena itu, berbagai organisasi profesi nasional dan internasional memberikan rekomendasi klas-1 untuk pemasangan ICD pada pasien yang berisiko tinggi terjadi KJM. Sayangnya, dengan estimasi KJM sebesar >100.000 per tahun di Indonesia, implantasi alat ICD ini belum bisa di-cover dengan pembiayaan BPJS.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain implantasi ICD, tata laksana lain dari sebuah gangguan irama jantung dapat berupa tindakan kateter ablasi 3 dimensi. Saat ini Heartology Cardiovascular Hospital juga dilengkapi alat ablasi 3D yang termutakhir yaitu, EnsiteX, yang akan memberikan akurasi tinggi dalam manajemen berbagai gangguan aritmia.

Pentingnya Pemeriksaan EKG untuk Pemeriksaan Awal

Menurut riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Kemenkes 2023, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia setelah stroke. Kematian yang disebabkan penyakit jantung dapat berupa serangan jantung maupun henti jantung. Serangan jantung terjadi ketika pembuluh darah koroner tersumbat sehingga jantung tidak mendapat oksigen dan nutrisi, dan berakibat fatal. Henti jantung terjadi ketika listrik jantung berdenyut supercepat atau lebih dari 300 denyut per menit). Tingginya denyut jantung itu mengakibatkan seseorang bisa kolaps, dan bisa meninggal dalam waktu kurang dari 10 menit. Kejadian ini sering disebut sebagai Kematian Jantung Mendadak (KJM) alias sudden cardiac death.

Untuk mencegah terjadinya kematian jantung mendadak, diperlukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi apakah seseorang mempunyai risiko tinggi mengalami Kematian Jantung Mendadak. Di sini, EKG memiliki peran penting sebagai rekaman aktivitas listrik jantung ke dalam sebuah kertas. “Pemeriksaan EKG merupakan pemeriksaan sederhana yang penting dalam mengidentifikasi apakah
seseorang berisiko tinggi mengalami KJM atau tidak,” kata Sunu.

Kerja sama yang baik dengan berbagai instansi di tanah air, kolaborasi multidisiplin di Heartology ditujukan untuk memastikan setiap pasien menerima perawatan yang berkualitas, dengan teknologi dan prosedur mutakhir, sehingga diperolah layanan klinis yang terbaik bagi pasien. 

Pilihan Editor: Dokter: Pasien Penyakit Jantung Tak Disarankan Olahraga Malam

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peneliti Ungkap Manfaat Tidur Lebih di Akhir Pekan atau Libur Panjang

2 hari lalu

Ilustrasi tidur gelisah atau sulit tidur. Shutterstock
Peneliti Ungkap Manfaat Tidur Lebih di Akhir Pekan atau Libur Panjang

Libur panjang tidak harus selalu dihabiskan dengan berjalan-jalan, kadang-kadang perlu bagi kita untuk istirahat sejenak dan tidur lebih nyenyak


Memahami Aritmia Bersama Spesialis Jantung dari RS Siloam TB Simatupang

5 hari lalu

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K). Dok. RS Siloam
Memahami Aritmia Bersama Spesialis Jantung dari RS Siloam TB Simatupang

Di era modern saat ini, teknologi medis telah berkembang pesat, memberikan berbagai metode diagnostik dan perawatan yang lebih efektif untuk aritmia jantung.


Perbedaan CT Scan dengan Kateterisasi Jantung

5 hari lalu

Ilustrasi CT Scan/Bethsaida Hospital
Perbedaan CT Scan dengan Kateterisasi Jantung

Skrining dan diagnosis penyakit jantung koroner dapat dipastikan melalui dua cara, yaitu CT Scan Cardiac dan Kateterisasi Jantung. Apa beda keduanya?


Serba-serbi Statin, Obat Kolesterol untuk Pasien Penyakit Jantung Selama Kemoterapi untuk Limfoma

6 hari lalu

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Serba-serbi Statin, Obat Kolesterol untuk Pasien Penyakit Jantung Selama Kemoterapi untuk Limfoma

Statin adalah obat yang paling banyak diresepkan untuk membantu mencegah penyakit jantung.


Komplikasi Aritmia, dari Stroke hingga Gagal Jantung, dan Penanganannya

8 hari lalu

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Komplikasi Aritmia, dari Stroke hingga Gagal Jantung, dan Penanganannya

Aritmia atau gangguan irama jantung dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke dan gagal jantung. Berikut metode perawatannya.


Penyebab Gangguan Irama Jantung dan Macamnya

8 hari lalu

Ilustrasi gagal jantung. shutterstock.com
Penyebab Gangguan Irama Jantung dan Macamnya

Aritmia atau gangguan irama jantung adalah kondisi medis yang signifikan dengan potensi dampak serius terhadap kesehatan dan kualitas hidup.


Beda CT Scan dan Kateterisasi untuk Ketahui Masalah Jantung

8 hari lalu

Ilustrasi serangan jantung (pixabay.com)
Beda CT Scan dan Kateterisasi untuk Ketahui Masalah Jantung

CT scan dan katerisasi jantung bisa dilakukan untuk mendeteksi masalah jantung lebih awal sehingga pengobatan bisa dilakukan lebih cepat. Apa bedanya?


5 Langkah Mudah Mencegah Serangan Jantung, Ini yang Harus Dilakukan

9 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
5 Langkah Mudah Mencegah Serangan Jantung, Ini yang Harus Dilakukan

Dengan melakukan langkah-langkah berikut ini, Anda bisa mengurangi risiko serangan jantung dan menjaga kesehatan jantung tetap optimal.


Studi: Tidur Lebih Banyak Akhir Pekan Bisa Kurangi Risiko Penyakit Jantung

11 hari lalu

Ilustrasi wanita menggunakan penutup mata saat tidur. Foto: Freepik.com/senivpetro
Studi: Tidur Lebih Banyak Akhir Pekan Bisa Kurangi Risiko Penyakit Jantung

Studi oleh peneliti di Cina menemukan bahwa tidur pengganti pada akhir pekan bisa mengurangi penyakit jantung sampai 20 persen.


Deteksi Penyakit Jantung Bawaan pada Janin di Trimester Pertama Kehamilan

12 hari lalu

Pavel Teplov, seorang ahli bedah jantung anak dengan anggota tim medis melakukan operasi pada bayi yang baru berusia 20 hari dengan penyakit jantung bawaan di Federal Pusat Bedah Kardiovaskular di  Siberia Krasnoyarsk, Rusia, 28 September 2016. REUTERS/Ilya Naymushin
Deteksi Penyakit Jantung Bawaan pada Janin di Trimester Pertama Kehamilan

Cegah penyakit jantung bawaan, kurangi risiko terganggunya perkembangan jantung janin di trimester pertama kehamilan.