Upaya penyalamatan diri dilakukan dengan komando yang dilakukan oleh Ketua dan Wakil Ketua BEM KM IPB. Seluruh mahasiswa yang berjumlah sekitar 120 orang berhasil menyelamatkan diri.
"Suasana waktu itu sudah `chaos` warga berlarian di jalanan, mobil-mobil jalan dengan kondisi panik, ada pintunya dibiarkan terbuka, semua berlari menyelamatkan diri, menghindar dari pantai," katanya.
Setelah berhasil mencapai bukit terdekat, sekitar pukul 23.00 WIB bertahan sampai ada seorang ibu yang menawarkan tempat tinggalnya kepada seluruh mahasiswa IPB untuk bermalam.
Menurut Surya, pada malam tersebut jaringan komunikasi masih bagus, dan mereka mencari informasi terkait peristiwa yang terjadi. Informasi yang didapatkan dari BMKG bahwa gelombang tinggi karena purnama.
Malam itu juga, setelah membantu menyelamatkan seorang ibu yang dievakuasi dari lokasi "ghatering" PLN di Tanjung Lesung, mahasiswa IPB memutuskan untuk menjadi relawan ikut membantu para korban.
"Karena ibu tadi bilang, banyak korban di sana, dia tidak bisa membantu karena kondisinya sendiri sedang terluka, tangannya patah dan tubuhnya dilumuri lumpur," kata Surya.
BEM KM IPB menurunkan tiga tim untuk bergabung dengan sukarelawan PMI menuju lokasi Tanjung Lesung Beach Hotel, tempat acara ghatering PLN yang banyak ditemukan korban meninggal dunia.
Di saat itulah dua orang anggota BEM KM IPB, yakni Dimjar dan Ali bertemu dengan Ifan Seventeen yang selamat dari musibah dan meminta tolong untuk dibantu mencari teman-teman dan juga istrinya.
"Saat itu mas Ifan bilang kalau dia juga korban, baru berenang dari laut 1,5 jam menggunakan kotak meja belajar, dia berenang ke pinggir, sempat terseret juga, hampir menyerah, tapi dia tidak panik sehingga bisa menyelamatkan diri meraih apa yang bisa diraih," katanya.
Sesampai di pinggir, Ifan langsung berupaya mencari teman-teman dan istrinya. Dibantu mahasiswa BEM KM IPB, hingga akhirnya berhasil menemuka jenazah Bani, bassis Seventeen, dan Aa Jimmy.
"Total ada 15 jenazah yang kami evakuasi, semua ditaruh di lobi dekat lokasi," katanya.
Upaya evakuasi korban berlangsung hingga Minggu, 23 Desember 2018 dini hari pukul 04.00 WIB. Ifan dan mahasiswa BEM KM IPB baru menyadari bahwa kejadian tersebut adalah tsunami, sehingga seluruh tim evakuasi dan masyarakat yang menolong meninggalkan lokasi untuk menghindari tsunami susulan.
"Saat itu mas Ifan ikut menumpang mobil relawan yang kita tumpangi, juga sempat meminjam telepon salah satu teman untuk mengabari keluarganya," kata Surya.
Malam itu, mahasiswa BEM KM IPB memutuskan bertolak ke Bogor, dan menawarkan Ifan untuk ikut. Tetapi suami dari Dylan Sahara tersebut memilih tetap berada di lokasi untuk mencari teman dan istrinya yang masih hilang.
"Kami melihat sosok mas Ifan Seventeen yang begitu tegar, hanya dengan menggunakan baju kaos dan celana pendek, ada luka lecet di badannya, tapi masih kuat mencari dan mengevakuasi korban," kata Surya.
Baca juga: Hal Menyebalkan Dylan Sahara yang Dirindukan Ifan Seventeen