TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum menikah dengan penyanyi Syahrini, Reino Barack sudah dikenal sebagai pengusaha muda. Bisnisnya pun beraneka ragam, dari properti sampai makanan dan resto atau food and beverages (F&B).
Di bisnis F&B, awalnya, ia ditawari temannya untuk membeli restoran Altitude yang dibangun oleh temannya itu. Resto itu dibangun di lantai paling atas yang banyak kacanya sehingga pemandangannya bagus. Menurut Reino, tujuh tahun lalu, belum ada resto yang seperti itu di Jakarta.
“Saya pelajari dan akhirnya saya beli restoran dia. Saya berani membelinya karena saya suka makan dan mengerti bisnis restoran. Saat kuliah di Paris, kerjaan saya mengelilingi restoran dari yang murah sampai yang mahal. Semua saya jelajahi,” katanya.
Awalnya, Reino selalu membuat resto yang bukan untuk mass, target pasarnya high end dengan harga Rp 500 ribu ke atas per orang. Namun, saat ini ia ingin mempelajari mass market. Maka, ia pun membuka resto Food Days yang rata-rata pengeluaran makannya sekitar Rp 100 ribu per orang. Ia melihat pasar menengah-bawah sangatlah besar.
Wawancara Reino Barack. foto/instagram
Selain itu, saat ini ia pun mengaku tidak ingin lagi terlibat di operasional dan lebih memilih menjadi investor saja. “Jadi, kalau ada yang ingin membeli restoran saya, saya tidak akan say no, karena saya pun sudah untung melalui bisnis ini,” ucapnya.
Reino ingin menjadi investor saja bukannya karena ingin ada di “langit”. Namun, ia mengetahui kelebihannya ada di mana. “Investor itu elangnya food chain, posisi paling enak. Biasanya investor itu tidak ada yang ngetok dari atas lagi, karena your money your risk,” katanya menjelaskan.
Lalu, berapa rata-rata investasi di restorannya? Investasinya ada dikisaran Rp 2,5 miliar-36 miliar. Balik modalnya 2-3 tahun. “Di industri F&B memang standarnya segitu. Kalau lebih dari itu, saya batalkan,” ujarnya tegasnya.
Lalu, bagaimana kinerja bisnisnya saat ini? Ia menjelaskan, resto Food Days selalu didatangi ratusan orang per hari. Saat weekend, lebih banyak lagi, sehingga pelanggan kalau tidak reservasi, tidak akan kebagian kursi.
“Sampai saat ini, belum balik modal, standarnya 2-3 tahun. Satu orang pengunjung minimal menghabiskan uang Rp 100 ribu. Saat ini, dalam sehari ada 200-300 orang yang datang,” ungkapnya merinci.
Resto yang paling besar kontribusinya saat ini adalah Altitude karena ada tiga resto, Reino menjadikannnya satu resto.
Kinerja bisnis propertinya, menurut Reino, tidak pernah rugi. “Kenapa saya ambil tiga sektor bisnis: F&B, properti, dan media. Karena properti paling low risk, F&B medium risk, film serta startup high risk. Makanya, saya ingin diversifikasi bisnis saya,” kata penggemar boxing ini tanpa mau menyebut apa saja startup yang dibidiknya.
Syahrini dan Reino Barack berlibur di Swiss. Instagram
Saat ini, ada juga bisnis yang sedang dikembangnya di bidang ritel, yaitu bisnis puding. Ia sebagai pemegang sahamnya, dan bisnis ini dibantu sang istri. Bisnis ritel lainnya adalah memproduksi sabun merek Cow. Sabun tersebut sudah ada di Jepang sejak 110 tahun lalu.
“Jadi, saat ini, saya memiliki hak distribusi sabun Cow dan Dessert Factory. Ke depan, rencananya ingin menambah produk ritel dan harapannya bisa seperti perusahaan Indofood,” ujar Reino.
Saat ini, Reino pun masih terlibat dalam bisnis keluarga. “Namun dari dulu, saya lebih suka membangun daripada meneruskan. Jadi, saat ini bisnis yang saya bangun meliputi F&B, properti, investasi, capital market, dan startup,” jelas Reino Barack.