TEMPO.CO, Jakarta - Wabah virus corona yang terjadi hampir di seluruh dunia tidak hanya berdampak bagi kesehatan manusia saja, namun juga membuat kondisi ekonomi bergejolak. Banyak pekerja yang harus ikut dirugikan. Mereka yang memiliki profesi dengan penghasilan harian, pemasukan bisa berkurang atau bahkan kehilangan pekerjaan.
Prediksi Covid-19 akan berlangsung panjang, ada baiknya jika setiap pekerja dengan gaji tak tetap dan yang dipecat memperhatikan cara benar mengelola gaji serta sisa uang. Melansir dari situs CNBC, perencana keuangan bersertifikat dan CIO Napa Valley Wealth Management Kelly Crane pun membagikan tipsnya.
Pertama, ia mengimbau agar Anda benar-benar mengurangi pengeluaran yang tidak dibutuhkan. “Hal utama yang paling berdampak besar saat mengelola sisa gaji adalah tidak memaksakan kehendak untuk membeli hal-hal tak penting. Segera sortir semua barang yang sekiranya bisa Anda lewatkan saat ini,” katanya.
Setelah membuat daftar hal-hal yang tidak penting, sekarang tulis pula apa yang pasti dibutuhkan. Misalnya makanan, cicilan rumah, kebutuhan untuk kebersihan diri, listrik, air, langganan paket data dan internet dan asuransi. “Anda pun harus memilih lagi. Mana yang penting dan wajib dipenuhi, serta mana yang sekiranya bisa ditunda bulan depan walaupun tetap penting,” katanya.
Menurut Crane, mereka yang memiliki simpanan uang mungkin bisa memenuhi semua kebutuhan. Namun jika tidak, maka yang paling penting adalah dua yakni makanan dan tempat tinggal. “Prioritas utama dari setiap kebutuhan adalah makanan dan tempat tinggal. Apabila Anda tidak memiliki cukup uang, hiraukan segala kebutuhan mendesak sekalipun kecuali dua hal itu,” katanya.
Terakhir, usahakan jangan berhutang. Sebab ini layaknya bom waktu yang pada akhirnya bisa membebani hidup Anda di masa mendatang. Namun jika sangat terpaksa, pastikan hutang dapat dicicil dengan bunga nol persen. “Dalam keadaan sangat mendesak, pastikan Anda berhutang dengan ketentuan yang bisa disepakati agar tidak memberikan efek buruk untuk kedepannya,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | CNBC