TEMPO.CO, Jakarta - Memakai masker adalah kewajiban ketika melakukan aktivitas di luar rumah untuk menekan penyebaran virus corona. Namun, saat menggunakan masker, kita tidak bisa membaca ekspresi lawan bicara seperti biasanya. Dengan begitu kita tak bisa memahami keadaan dan pikiran orang tersebut apakah senang atau sedih.
Profesor emerita ilmu psikologi dan otak di Universitas Massachusetts Amherst, Susan Krauss Whitbourne, mengatakan meskipun kehilangan informasi wajah dalam berinteraksi, ada manfaat psikologis tersembunyi dari masker seperti berikut.
Emosi tak dapat dibaca
Dengan menggunakan masker, Anda bisa menutupi ketidaksukaan, ketidaksetujuan, atau jenis emosi lain yang buruk dan biasa ditampilkan melalui mimik wajah.
“Tentu saja, Anda harus menjaga wajah di sepertiga bagian atas otot wajah, terutama mata,” ujar Krauss, dilansir dari Psychology Today.
Tidak dapat membaca emosi orang lain
Memang benar membaca emosi adalah bagian tak terpisahkan dari komunikasi antarpribadi. Tetapi jika Anda terlalu sensitif untuk dikritik oleh orang lain, masker wajah dapat menutupi ekspresi mereka yang mengkritik. Dengan begitu, emosi lebih terkontrol.
Meminimalisir pengeluaran dan waktu untuk perawatan wajah
Wanita tidak perlu lagi membeli lipstik atau bahkan riasan wajah selain untuk mata ketika memakai masker. Sebagian wajah pun terhindar dari debu dan polusi yang bisa menimbulkan jerawat.
Masker untuk mode
Belakangan masker bukan hanya berfungsi sebagai alat pelindung diri namun juga untuk bergaya. Banyak yang berkreasi untuk menciptakan masker dengan warna yang cerah, gambar, hingga payet untuk menunjukkan nuansa glamor.
Masker dapat membuat pernyataan publik
Mengenakan masker menunjukkan Anda peduli dengan orang lain. Seperti yang sering dinyatakan oleh pakar kesehatan masyarakat, bahkan jika Anda sendiri tidak khawatir tertular virus itu, pemakaian masker wajah menunjukkan Anda mengkhawatirkan kesehatan orang lain dan meminimalisir pandemi Covid-19.