TEMPO.CO, Jakarta - Penyebaran virus corona wajib diwaspadai dari sumber apapun. Siapapun bisa menjadi pembawa virus, tak terkecuali hewan peliharaan seperti kucing.
Hal itu lah yang disampaikan para peneliti dari Universitas Pertanian Huazhong di Wuhan, Cina. Dari penelitian ditemukan lebih banyak kucing yang dapat tertular dan menularkan virus daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Para peneliti mengambil sampel darah, menyeka hidung dan dubur dari 102 kucing di kota Wuhan dalam beberapa bulan. Menurut hasil yang diterbitkan dalam jurnal Emerging Microbes & Infections, 15 kucing memiliki antibodi Covid-19.
Dari 15 ekor, 11 di antaranya memiliki antibodi penetral, yang merupakan protein yang sangat berhasil mengikat dan memblokir virus. Adapun kucing yang diteliti berasal dari jalanan, tempat penampungan, dokter hewan, hingga peliharaan.
Kendati demikian para peneliti mencatat tidak ada kucing yang menunjukkan gejala terinfeksi Covid-19 dan tidak ada yang mati. Tiga kucing dengan tingkat antibodi tertinggi semuanya dimiliki oleh seseorang yang telah didiagnosis Covid-19.
Sekarang, para peneliti percaya manusia mungkin perlu menjauhkan diri dari hewan peliharaan jika orang tersebut positif terkena virus corona.
"Meskipun infeksi pada kucing liar tidak dapat sepenuhnya dipahami, masuk akal untuk berspekulasi bahwa infeksi ini mungkin disebabkan oleh kontak dengan lingkungan yang tercemar SARS-CoV-2 atau pasien COVID-19 yang memberi makan kucing," ujar penulis utama penelitian ini, Jin Meilin, seperti dilansir dari Express UK.
Oleh karena itu, para peneliti menyarankan perlu dipertimbangkan untuk menjaga jarak yang sesuai antara pasien Covid-19 dan hewan pendamping seperti kucing dan anjing. Tindakan kebersihan dan karantina juga harus diterapkan untuk hewan berisiko tinggi tersebut.
"Penyelidikan retrospektif memastikan semua sampel antibodi positif diambil setelah wabah, menunjukkan infeksi kucing dapat disebabkan oleh penularan virus dari manusia ke kucing. Yang pasti, masih perlu diverifikasi melalui investigasi infeksi SARS-CoV-2 sebelum wabah ini dalam berbagai sampel," tutur Meilin.
Tim juga dapat mempelajari risiko infeksi ulang. Menurut penelitian, antibodi pada kucing menunjukkan jenis reaksi yang dihasilkan kucing mirip dengan yang diamati pada infeksi virus corona musiman. Dengan kata lain, kucing-kucing itu berisiko terinfeksi ulang, yang mungkin serupa pada manusia.
"Kami menyarankan kucing memiliki potensi besar sebagai model hewan untuk menilai karakteristik antibodi terhadap SARS-CoV-2 pada manusia," tuturnya.