TEMPO.CO, Jakarta - Rumah makan dan restoran menjadi tempat rawan penularan COVID-19 saat ini. Hal itu disampaikan oleh Pakar kesehatan Universitas Andalas (Unand) Padang, Dr. Andani Eka Putra.
"Saat ini hampir tidak ada restoran dan rumah makan yang aman. Dalam sebuah tes usap pada salah satu restoran, hampir 30 persen karyawannya terinfeksi," katanya.
Menurutnya, kerawanan rumah makan diperparah oleh konsumen yang tidak pakai masker di restoran, pelayan juga tidak pakai masker, akhirnya restoran jadi salah satu titik masalah penyebaran COVID-19. Ia mengemukakan cara paling tepat untuk mengatasi penyebaran COVID-19 di rumah makan adalah dengan melakukan pemeriksaan tes usap gratis bagi pengelola dan karyawan restoran.
Andani berharap para pengelola dan karyawan restoran menerapkan protokol COVID-19 yang benar dan semua pelayan wajib pakai masker, jaga jarak dengan pengunjung. Pada sisi lain, ia mengingatkan masyarakat tidak perlu takut dengan COVID-19 namun jangan lalai terhadap protokol kesehatan.
"Masyarakat kita cenderung lalai, namun begitu terinfeksi stres minta ampun. Ini yang menyebabkan kematian karena stres berlebihan. Kenapa meninggal? Karena jantung, ginjal, dan gula tidak terkontrol. Ini yang terjadi, sudah mental tidak kuat, lalai pula," katanya
Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand itu mengingatkan kalau merasa tidak kuat atau takut menghadapi COVID-19 maka jaga diri dan keluarga.
"Pikirkanlah ketika orang tua positif corona dan meninggal, sementara kita tidak bisa ketemu orang tua yang meninggal," ujarnya.
Ia juga meminta kepada masyarakat untuk mewaspadai aktivitas perjalanan dinas, mudik, wisata, dan pesta perkawinan.
"Bagi yang melakukan aktivitas perjalanan dinas harus hati-hati. Setiap pulang dinas, bilang kepada suami jangan masuk kamar dulu, tes usap dulu," katanya.
Begitu pula bagi yang mudik, rentan membawa virus dari luar kota. Berbicara tentang new normal, Andani mengatakan ini adalah sebuah karakter baru, yakni bagaimana melakukan adaptasi terhadap kondisi pandemi.
"Konsep new normal kembali pada kondisi normal, pada kondisi yang ada. Namun bukan kembali kepada kondisi semula. Konkretnya, kondisi adaptif atau penyesuaian terhadap kondisi era pandemi dengan memakai masker , jaga jarak, dan lain sebagainya," katanya.
Ia mengatakan pandemi ini tidak bisa diselesaikan sendiri, namun hanya bisa diselesaikan dengan keterlibatan semua komponen bangsa.