TEMPO.CO, Jakarta - Mulai besok, Senin 4 Januari 2021, anak sekolah sudah mulai kembali belajar. Sempat terjadi kontroversi apakah kegiatan belajar mengajar pada semester genap ini akan berlangsung seperti biasa atau sekolah tatap muka atau masih belajar daring.
Federasi Serikat Guru Indonesia atau FSGI melakukan survei terkait persepsi para guru mengenai sekolah tatap muka pada Januari 2021. Survei melalui aplikasi google form ini berlangsung pada 19 - 22 Desember 2020 dan diikuti oleh 6.513 guru. "Mereka berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Jambi, NTB, NTT, Papua, dan Papua Barat," kata Heru Purnomo, Sekretaris Jenderal FSGI dalam keterangan tertulis.
Sebanyak 44,52 persen guru dalam survei ini mengajar siswa SMP/sederajat, 25,32 persen mengajar jenjang SD/sederajat, 15,35 persen mengajar jenjang SMA, dan 14,6 persen mengajar jenjang SMK. Sisanya sebanyak 0,21 persen mengajar di Sekolah Luar Biasa atau SLB. Adapun sebaran wilayah kerja para guru sebanyak 63,7 persen berada di Pulau Jawa dan 36,3 persen dari luar Pulau Jawa.
Dari survei itu, sebanyak 49,36 persen guru atau 3.215 responden setuju sekolah tatap muka dimulai pada Januari 2021. Sebesar 45,27 persen atau 2.948 guru tidak setuju dengan sekolah tatap muka. Adapun 5,37 persen atau 350 guru menyatakan ragu-ragu untuk menjalani sekolah tatap muka.
Siswa menggunakan ponsel saat melakukan kegiatan belajar secara online. TEMPO/Muhammad Hidayat
Berikut alasan para guru yang setuju sekolah tatap muka dimulai:
- Materi sulit atau sangat sulit dan praktikum tidak bisa diberikan secara daring
- Jenuh mengajar melalui pembelajaran jarak jauh
- Sebagian siswa tidak memiliki alat memadai untuk belajar online
- Sinyal tidak stabil
- Alasan lain, seperti wilayah tempat guru bekerja termasuk zona hijau atau zona kuning Covid-19.
"Para guru merasakan peserta didiknya mengalami kesulitan dalam mengerjakan materi pelajaran," kata Mansur, Wakil Sekretaris Jenderal FSGI. Mereka berharap sekolah tatap muka dapat dilakukan minimal seminggu sekali.
Berikut alasan para guru yang tidak setuju sekolah tatap muka dimulai:
- Kasus Covid-19 di daerah mereka masih tinggi
- Khawatir tertular Covid-19 di sekolah
- Sudah berusia di atas 50 tahun dan sebagian memiliki penyakit penyerta
- Infrastruktur dan protokol kesehatan di sekolah belum memadai
- Alasan lain, seperti belum ada sosialisasi protokol kesehatan dari pihak sekolah, tidak memiliki kendaraan pribadi, sehingga harus naik angkutan umum yang rentan tertular Covid-19.
Berangkat dari kondisi tersebut, Heru Purnomo mendorong pemerintah daerah berhati-hati dalam memutuskan membuka sekolah tatap muka pada Januari 2021 karena kasus Covid-19 masih tinggi dan belum terkendali. "FSGI mendorong pemerintah tetap menetapkan pada 4 Januari 2021 sebagai awal semester genap, namun bukan berarti pembelajaran tatap muka dilakukan pada 4 Januari 2021," kata Heru.
Jika pemerintah hendak memulai sekolah tatap muka, FSGI mendorong pembukaan sekolah di mulai dari jenjang paling tinggi dan disertai uji coba sebanyak 25 persen siswa. Federasi Serikat Guru Indonesia juga mendorong pelaksanaan rapid tes antigen untuk seluruh pendidik dan peserta didik yang akan mengikuti sekolah tatap muka.