TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Tingkat Pusat dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), dr. Reisa Broto Asmoro, mengatakan vaksinasi gelombang ketiga dikhususkan untuk kelompok Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), penyandang disabilitas, dan tinggal di wilayah rentan penyebaran COVID-19. Orang yang tinggal di permukiman padat juga menjadi bagian dari sasaran vaksinasi gelombang ini.
Nantinya, dinas kesehatan yang memberikan vaksin berkoordinasi dengan kelurahan setempat, dinas sosial (khusus untuk penyandang disabilitas), rumah sakit (untuk ODGJ).
"Harus memenuhi persyaratan, di DKI Jakarta harus tinggal di wilayah rentan, rawan terhadap penyebaran COVID-19, tinggal permukiman padat, ODGJ, dan penyandang disabilitas," ujar Reisa.
Selanjutnya, calon penerima vaksin juga harus lulus skrining kesehatan awal, mencakup tekanan darah di bawah 180/110 mmHg, suhu normal di bawah 37,5 derajat Celcius. Bagi yang memiliki komorbid harus memastikan penyakitnya terkendali atau mengantongi surat rekomendasi dari dokter yang memeriksa. Vaksinasi gelombang ketiga ini menjadi salah satu langkah percepatan program vaksinasi nasional.
Pada 20 Mei 2021, sudah 40.349.049 orang target sasaran mendapatkan vaksin dengan penerima vaksin gelombang pertama sebanyak 14.369.233 orang dan tambahan penerima vaksin harian sekitar 269.479 orang. Sedangkan untuk gelombang kedua kisarannya meningkat menjadi sekitar 9.536.000 orang.
"Jadi, sejak 13 Januari hingga kini sudah 23,9 juta suntikan yang diberikan," ujar Reisa.
Vaksinasi menjadi salah satu langkah mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok yang pada akhirnya memutus rantai penularan virus. Apabila populasi ingin terlindungi dari satu penyakit tertentu maka ambang capaian imunisasi harus tercapai. Kondisi ini bisa tercapai apabila vaksinasi dilakukan secara masif dalam waktu relatif singkat.
"Vaksin nantinya diberikan untuk menciptakan antibodi. Vaksin tidak harus sakit dulu sudah ada antibodi. Dia bisa membantu tidak menyebarkan dan memutus rantai penularan," kataReisa.
Orang yang sudah divaksin lengkap mendapatkan perlindungan tiga kali lebih besar dibandingkan yang tidak divaksin. Kalaupun dia sampai terinfeksi, biasanya tidak akan sampai ke tahap berat. Dia menambahkan, vaksin-vaksin yang masuk ke Indonesia sudah lulus uji klinis, direkomendasikan para ahli, sesuai standar keamanan, mutu, dan khasiat.
"Banyak merek untuk COVID-19 tetapi enggak usah pilih-pilih, semua vaksin sama fungsinya, tujuannya menimbulkan antibodi," tuturnya.
Selain vaksinasi, orang-orang juga harus disiplin menerapkan protokol kesehatan yakni #pakaimasker, rutin #cucitangan, #jagajarak, mengurangi mobilitas, dan menjauhi kerumunan.
Baca juga: Efek Samping Vaksin AstraZeneca Menurut Pakar, Tak Perlu Risau