TEMPO.CO, Jakarta - Indeks massa tubuh memiliki hubungan yang erat baik dengan diabetes maupun resistensi insulin. Seseorang yang menderita obesitas menyimpan lebih banyak zat dan hormon yang terlibat dalam perkembangan resistensi insulin. Resistensi insulin ditambah sel-sel pankreas yang terganggu kemudian dapat menyebabkan diabetes tipe 2.
Dikutip dari laman diabetes.co.uk, obesitas diyakini bertanggung jawab atas 80 sampai 85 persen risiko terkena diabetes tipe 2. Fakta ini sudah banyak diketahui orang, apalagi jika seseorang dengan obesitas memiliki lemak berlebih di daerah perut.
Penelitian menunjukkan lemak perut dapat melepaskan bahan kimia yang proinflamasi. Bahan kimia ini mengurangi sensitivitas tubuh terhadap insulin yang dihasilkannya dengan mengganggu fungsi sel responsif insulin dan kemampuannya untuk merespon insulin.
Obesitas juga memicu perubahan pada metabolisme tubuh dan hormon. Perubahan ini menyebabkan jaringan lemak melepaskan molekul lemak ke darah yang nantinya memengaruhi sensitivitas sel responsif insulin.
Peningkatan sekresi kemokin oleh jaringan adiposa yang diakibatkan obesitas menyebabkan aktivasi sel inflamasi seperti makrofag. Aktivasi makrofag menghasilkan sitokin yang dapat menurunkan sensitivitas insulin dan meningkatkan resistansinya.
Selain diabetes, obesitas juga berpengaruh pada tekanan darah. Jantung seseorang dengan obesitas harus bekerja lebih keras dalam memompa darah ke seluruh tubuh akibat lemak yang terkumpul di arteri. Risiko hipertensi lebih tinggi terjadi jika akumulasi lemak berada di bagian perut.
Obesitas dapat dicegah dengan cara mengonsumsi makanan sehat dan olahraga yang cukup. Mengurangi berat badan seseorang dengan obesitas dapat memperbaiki sensitivitas insulin dalam tubuh serta mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan gangguan metabolisme.
DINA OKTAFERIA
Baca juga: Usia Ini Paling Rentan Mengalami Obesitas dalam 10 Tahun Mendatang