TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini lipstik umum digunakan untuk merias. Lipstik merupakan salah satu dari perlengkapan kosmetik yang fungsinya untuk mewarnai bibir. Pada masa lampau, lipstik pernah menjadi simbol gerakan feminisme untuk kesetaraan perempuan mempunyai hak pilih (suffragettes) di New York.
Mengutip Vox, suffragettes menjadi gerakan politik kaum perempuan untuk terlibat dalam pemilihan umum. Kemunculan gerakan itu pun dalam gelombang feminisme selama kurun tahun 1848 hingga 1920. Semangat gerakan feminisme itu bermula dari Seneca Falls Convention pada 1848.
Pertemuan itu merumuskan 12 putusan pendapat yang salah satunya adalah hak pilih perempuan. Masalah sosial, sipil, dan keagamaan juga dibahas dalam pertemuan itu. Tokoh dari gerakan suffragette adalah Susan B. Anthony dan Elizabeth Cady Stanton. Mereka aktivis yang terus mengampanyekan hak perempuan di Amerika Serikat.
Usaha mereka belum berhasil ketika amendemen ke-15 Amerika. Saat itu hak suara masih kepada laki-laki, terlepas dari ras. Pada 1868, Susan B. Anthony dan Elizabeth Cady Stanton menerbitkan surat kabar The Revolution untuk memperjuangkan hak perempuan.
Walaupun kehidupan mereka tak sampai pada Amendemen ke-19, namun semangat para aktivis itu terus berlanjut. Berkat semangat mereka, Amendemen ke-19 memberikan hak suara kepada kaum perempuan. Momentum itu dikenal sebagai Anthony Amendment.
Pada masa perjuangan menuju Amendemen ke-19 itu, lipstik digunakan sebagai identitas gerakan politik. Lipstik merah dalam gerakan perempuan pertama kali terjadi di New York, ketika gerakan suffragettes turun ke jalan. “Lipstik merah sebagai bagian dari perlawanan dan perjuangan mereka untuk mendapatkan hak pilih,” kata Madeleine Marsh, penulis buku Compacts and Cosmetics, dikutip dari WNYC Studios.
Warna merah lipstik melambangkan keberanian gerakan feminis, sebagaimana dikutip dari Teen Vogue. Hal itu juga melambangkan kekuatan kaum perempuan yang berusaha diambil oleh golongan laki-laki.
“Perempuan memakai lipstik merah di acara-acara publik. Hal itu melambangkan kemandirian dan emansipasi perempuan yang saat itu masih dianggap tabu,” kata Gabriela Hernandez, sejarawan kosmetik yang juga pendiri Besame Cosmetics.
NAUFAL RIDHWAN ALY
Baca: Berkat Album Baru Taylor Swift Pencarian Syal dan Lipstik Merah Melonjak