TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua tentu menginginkan semua yang terbaik bagi anaknya. Namun, niat baik itu terkadang disertai dengan tindakan yang terlalu mengatur dan mengekang keinginan anak. Buah hati Anda pun merasa tak leluasa dalam menentukan pilihannya, bahkan takut. Sebab itu, sebaiknya orang tua berusaha mendengarkan dan memahami anak.
Sebagai orang dewasa yang sudah menjalani bermacam tantangan hidup, orang tua pasti tak ingin anaknya mengalami kesalahan yang mungkin pernah mereka lalui. Itulah salah satu pemicu sebagian orang tua menjadi terlalu mengatur anaknya. Mereka cenderung memaksa anak agar mengikuti kehendaknya.
Mungkin orang tua tidak menyadari kalau sikapnya terhadap anak sudah kelewatan. Untuk mengidentifikasi itu, simak 10 tanda orang tua sudah terlalu mengatur dan apa saja dampaknya terhadap anak:
- Terlalu banyak aturan
Menciptakan peraturan memang dapat mendisiplinkan anak. Namun, pastikan orang tua tidak membuat terlalu banyak peraturan. Akibatnya, anak menjadi kewalahan dan bingung karena segala sesuatu yang ingin mereka lakukan dilarang. - Anak sering berbohong
Anak cenderung berbohong karena mereka takut memberitahu yang sebenarnya kepada orang tua. Ketika anak ketahuan berbohong, orang tua harus introspeksi kenapa anak sampai melakukannya. Apabila disebabkan peraturan yang terlalu mengekang, cobalah untuk sedikit melonggarkan. - Menolak pendapat anak
Sebelum menerapkan peraturan, sebaiknya orang tua mengajak anak untuk turut merancang aturan tersebut. Dengarkan dan pahami pendapatnya. Dengan begitu, peraturan dapat disepakati oleh kedua belah pihak. - Orang tua tidak membiarkan anak memilih
Beri kebebasan bagi anak untuk memilih sesuatu. Terbiasa memilih sendiri dan mengetahui risikonya akan membuat anak belajar membuat keputusan. Cara berpikir dan mentalitas anak akan teruji sebelum menghadapi dunia yang sebenarnya di masa depan. - Berlebihan menghukum anak
Orang tua harus bijaksana dalam memutuskan hukuman bagi anak ketika melanggar kesepakatan. Jangan terlalu berat karena anak bisa mengalami trauma. Hindari juga kalimat mengancam, semisal anak akan dihukum selama tiga bulan atau semua mainannya akan dibuang. - Orang tua tidak memuji usaha anak
Orang tua harus menghargai sekecil apapun usaha anak. Hal ini tak hanya berlaku ketika usaha anak berhasil, juga ketika anak sudah berusaha meskipun gagal. Pujian dan dukungan dari orang tua dapat membantu mereka menjadi lebih baik di kesempatan berikutnya. - Orang tua terus-menerus mengomel
Jika orang tua terus-menerus mengomel dan mengeluhkan tentang sesuatu dan hal lainnya, maka orang tua harus mengevaluasi kembali perilakunya. Mungkin, selama ini masalahnya ada pada orang tua, bukan anak.IklanScroll Untuk Melanjutkan - Anak tidak dekat dengan orang tua
Jika anak tidak datang kepada orang tuanya ketika menghadapi masalah, itu pertana anak tidak nyaman dengan orang tuanya. Hal tersebut dapat berdampak buruk bagi hubungan orang tua dan anak ke depannya. - Anak tidak pernah mengajak temannya ke rumah
Apabila orang tua selalu mengingatkan tentang banyaknya peraturan dan tak berhenti mengkritik anak, maka mereka tidak akan mengajak temannya ke rumah. Anak akan lebih nyaman bertemu dengan teman-temannya di luar rumah. - Anak tidak senang menjalani aktivitasnya
Orang tua kerap menuntut berbagai hal kepada anak. Prestasi di sekolah, les, dan berbagai kegiatan lain yang harus dijalani. Pertanyaannya, apakah anak senang menjalani semua itu? Apakah aktivitas tersebut sesuai dengan keinginan atau minat anak? Jujur, ada kalanya orang tua terlalu mendominasi anak mereka sampai mengatur detail kegiatan hariannya. Kondisi ini dapat membuat anak frustrasi. Mereka tak punya waktu bersenang-senang sesuai keinginan.
BERNADETTE JEANE WIDJAJA | TIMES OF INDIA
Baca juga:
6 Tanda Parenting Anak sudah Tepat atau Belum
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.