TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengatakan sejumlah alasan mengapa dunia masih berstatus pandemi COVID-19 hingga saat ini.
"Perlu diketahui sampai sekarang dunia masih dalam status pandemi, sebagaimana juga disampaikan Direktur Jenderal WHO pada acara pembukaan World Health Assembly 22 Mei 2022 di Jenewa," katanya.
Pertama, sampai akhir Mei 2022 masih ada sekitar 70 negara di dunia yang kasusnya masih meningkat. "Padahal kita tahu prinsip dasarnya, no one is safe until everyone is safe, dan 70 negara adalah sekitar sepertiga dari jumlah negara di dunia," paparnya.
Kedua, jumlah tes di dunia jauh menurun, sehingga sulit untuk melihat gambaran epidemiologi yang sebenarnya. Situasi itu perlu jadi perhatian di Indonesia sebab jumlah tes tetap harus terjaga.
"Saya lihat di New York di mana-mana ada tenda tempat orang bisa tes COVID-19 tanpa bayar," ujarnya.
Ketiga, dari pengalaman pandemi selama dua tahun lebih, maka virus SARSCoV-2 penyebab COVID-19 terkadang tidak bisa diduga. "Kita belum dapat mengetahui secara pasti bagaimana perkembangannya di masa datang," ujarnya.
Keempat, sampai Mei 2022 baru ada 57 negara yang sudah memvaksinasi 70 persen populasi penduduk, bahkan ada yang lebih. Semua adalah negara dengan penghasilan tinggi.
"Angka 70 persen dihitung berdasar jumlah total penduduk, bukan berdasar target, sehingga Indonesia pun kalau jumlah yang divaksin dibagi jumlah penduduk maka angkanya masih di bawah 70 persen walau kalau dibagi dengan angka target maka memang sudah di atas 70 persen," ujarnya.
Penjelasan kelima tentang pandemi masih ada adalah faktor transmisi yang masih meningkat. Artinya, jumlah kematian masih tetap ada dan potensi varian baru dapat saja terbentuk.
Sementara itu, Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, mengatakan risiko penularan COVID-19 di Indonesia saat ini sudah sangat rendah jika dibandingkan dengan situasi di beberapa negara lain.
"Jadi, data Indonesia dibandingkan dengan data luar negeri, Indonesia amat sangat bagus. Indonesia rangking dunia nomor 40 lebih, rumah sakitnya sepi, positivity rate rendah banget di bawah 3 persen, yang divaksinasi semakin banyak," kata Zubairi.
Berdasarkan situasi itu, Zubairi menyebut risiko penularan COVID-19 di Indonesia saat ini sudah rendah sekali. Tapi, masyarakat diimbau untuk tidak jumawa dan tetap berhati-hati. Ia mengatakan per 5 Juni 2022 jumlah kasus baru Indonesia mencapai 388 orang dengan lima orang meninggal.
"Artinya, setiap hari pada bulan Juni itu jumlah kasus di atas 300 tapi di bawah 400. Jadi, memang relatif agak naik sedikit dari Mei 2022. Kemudian, Indonesia juga pernah 100 kasus baru," jelasnya.
Jika dibandingkan dengan situasi di luar negeri, Korea Utara bisa menembus 600.000 kasus dalam sepekan atau setara rata-rata 90.000 kasus baru sehari. Amerika Serikat di atas 70.000 kasus baru per hari.
Baca juga: Pakar Sebut Daya Belajar Siswa Turun selama Pandemi Covid-19