TEMPO.CO, Jakarta - Kemunculan COVID-19 subvarian XBB perlu diwaspadai. Spesialis paru Agus Dwi Susanto Sp.P(K) mengingatkan pentingnya menjaga kekebalan tubuh selama pandemi COVID-19 dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
"Secara umum, yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas adalah dengan pola hidup sehat seperti istirahat cukup, makan bergizi, minum cukup, olahraga, serta tidak konsumsi rokok maupun alkohol," kata Agus.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu mengatakan selain menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, masyarakat juga harus tetap menerapkan protokol kesehatan dan melengkapi diri dengan vaksinasi, terutama di tengah kemunculan COVID-19 subvarian XBB, sangat penting menjaga daya tahan tubuh, ditambah disiplin protokol kesehatan dan vaksinasi. Agus menambahkan gejala COVID-19 subvarian Omicron XBB secara umum tidak berbeda dengan gejala varian Omicron lain.
"Gejalanya seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, sakit kepala, lemas, dan pada beberapa orang bisa disertai keluhan sesak napas," jelasnya.
Waspadai lonjakan kasus
Meski demikian, hingga saat ini belum ada bukti Omicron XBB dapat menimbulkan penyakit yang lebih parah. "Kendati demikian, secara umum varian Omicron maupun subvarian XBB tetap perlu diwaspadai dengan cara memperkuat prokes dan vaksinasi, terutama bagi yang memiliki komorbid karena dikhawatirkan bisa memiliki gejala yang lebih berat sehingga harus waspada," ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Profesor Wiku Adisasmito mengatakan per 23 Oktober 2022 jumlah penambahan kasus positif dalam satu minggu di tingkat dunia mencapai 2,98 juta.
"Kemunculan COVID-19 subvarian XBB di beberapa negara di dunia diprediksi akan menjadi subvarian penyebab kembalinya lonjakan kasus," katanya.
Para pakar di Amerika Serikat maupun WHO menyebutkan subvarian XBB bisa memicu lonjakan kasus di akhir 2022 dan puncaknya di Januari 2023 namun belum ada bukti subvarian ini lebih berbahaya secara klinis dari varian atau subvarian sebelumnya.
"Pada beberapa negara, kasus varian XBB juga dilaporkan bergejala ringan dan lebih cepat untuk pulih," tuturnya.
Baca juga: Saran Dokter Paru untuk Cegah Penularan Varian XBB