TEMPO.CO, Jakarta - Wacana childfree menjadi fenomena dan belakangan banyak dibicarakan warganet menyusul pernyataan influencer Gita Savitri yang secara terbuka memutuskan untuk tak punya anak. Psikolog klinis anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo berpendapat pasangan atau orang yang memilih tidak punya anak atau childfree juga bisa mengubah keputusan tersebut di masa datang.
"Setiap pasangan punya alasan yang berbeda dari lainnya. Ada yang memutuskan secara permanen atau temporer, yang mana dia bisa saja berubah pada kemudian hari," kata psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) itu.
Pilihan childfree atau tak punya anak bukan sesuatu yang ajek. Jika keputusan berubah di kemudian hari, Vera menilai itu hal yang wajar. Latar belakang pengalaman hidup setiap individu juga dapat berkontribusi atas keputusan untuk memilih childfree, apakah alasan menyangkut kesehatan fisik, mental, dan sebagainya. Menurut Vera, keputusan childfree juga dapat terkait konsep kebahagiaan yang berbeda pada setiap individu.
"Ada yang bahagia dengan memiliki anak dan ada yang bahagia dengan tidak memiliki anak," ujar Vera.
Cari kesepakatan terbaik
Vera menilai fenomena itu dapat dijadikan momentum sebagai pengingat orang tua untuk terus belajar tentang pengasuhan anak jika keputusan childfree terkait pengalaman di masa kecil. Sebelum memutuskan memilih childfree, sebaiknya hal tersebut dibicarakan dan didiskusikan terlebih dulu dengan pasangan serta pihak keluarga masing-masing. Dengan begitu, seluruh pihak dapat menemui kesepakatan terbaik. Apalagi, keputusan childfree masih dianggap tak biasa oleh kultur masyarakat Indonesia. Vera menilai hal itu juga harus disiapkan terlebih dulu sebelum bulat memilih childfree.
Baca Juga:
"Kesiapan untuk menghadapi penilaian orang lain yang memiliki pemikiran berbeda karena childfree di Indonesia masih cenderung dianggap sebagai sesuatu di luar kebiasaan," tandasnya.
Pilihan Editor: Sebab Banyak Pasangan Pilih Tak Punya Anak