TEMPO.CO, Jakarta - Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan kondisi kesehatan mental yang bisa mengakibatkan tingkat hiperaktif dan perilaku impulsif yang tidak biasa.
Pengidap ADHD juga kerap mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian mereka pada satu hal atau diam untuk waktu yang lama. ADHD paling sering didiagnosis pada anak-anak.
Sebagian orang tentu pernah mengalami kesulitan dalam memperhatikan dan merasakan perubahan tingkat energi dalam tubuh. Bagi orang dengan ADHD, ha itu lebih sering terjadi dan kerap berada pada tingkat yang lebih besar.
Melansir Cleveland Clinic, sekitar 11 persen anak-anak antara usia 4-17 tahun mengidap ADHD. Gejala ADHD biasanya pertama kali muncul antara usia tiga dan enam tahun. Usia rata-rata diagnosis ADHD adalah tujuh tahun. ADHD tiga kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Meskipun secara teknis termasuk dalam penyakit mental, namun ADHD lebih sering disebut sebagai gangguan perilaku, bahkan oleh American Psychiatric Association. ADHD digambarkan sebagai pola perilaku yang berbeda dalam cara seseorang melakukan sesuatu. Bukti menunjukkan bahwa ADHD berkaitan dengan jalur saraf dalam fungsi otak. Fungsi ini menghasilkan perilaku bermasalah pada usia tertentu.
Penyebab pasti ADHD tidak diketahui secara pasti. Tetapi, kondisi ini telah terbukti diturunkan dalam keluarga. Melansir laman CDC, penelitian tidak membuktikan anggapan umum bahwa ADHD disebabkan oleh konsumsi gula yang belebihan, terlalu banyak menonton televisi, atau faktor sosial dan lingkungan seperti kemiskinan atau masalah keluarga. Tentu banyak faktor, termasuk hal-hal tadi yang dapat memperburuk gejala.
Tetapi belum ada bukti ilmiah yang cukup kuat untuk menyimpulkan bahwa mereka adalah penyebab utama ADHD.
Pilihan editor : ADHD Bisa Karena Faktor Keturunan, Simak Penjelasan Psikiater