TEMPO.CO, Jakarta - Polusi udara, bahkan jika tingkatnya termasuk kategori aman, dapat menyebabkan perubahan fungsi otak dan berisiko mengganggu proses perkembangan otak anak. Riset yang dilakukan Sekolah Kedokteran Keck menunjukkan tingkat polutan udara yang dianggap aman menurut standar EPA atau badan perlindungan lingkungan Amerika Serikat sekali pun tetap dapat mengancam perkembangan fungsi otak dari waktu ke waktu.
Riset yang dipublikasikan di Environment International itu meneliti sampel data hasil proses pemeriksaan otak pada lebih dari 9.000 partisipan yang berasal dari Adolescent Brain Cognitive Development. Anak-anak yang terpapar lebih banyak polutan menunjukkan perubahan konektivitas antarberbagai jaringan otak.
"Kelainan apapun yang mempengaruhi proses normal perkembangan otak, baik jaringan otak yang terlalu terhubung maupun kurang terhubung, dapat membahayakan proses perkembangan otak," kata Devyn L. Cotterkandidat doktor neurosains di Sekolah Kedokteran Keck sekaligus penulis utama riset tersebut, dikutip dari Medical Xpress.
Perubahan jaringan otak
Komunikasi antarjaringan otak membantu manusia dalam mengarahkan pola pikir ketika menghadapi kejadian sehari-hari, mulai dari bagaimana menerima informasi mengenai lingkungan sekitar hingga bagaimana berpikir dan merasakan. Konektivitas antarjaringan otak dibentuk saat umur 9-12 tahun, yang dapat berpengaruh terhadap proses perkembangan kognitif dan emosional pada anak.
"Kualitas udara di seluruh Amerika, meskipun aman menurut standar EPA berpengaruh pada perubahan jaringan otak selama masa kritis ini, yang mungkin mencerminkan biomarker (indikator biologis bagi penyakit, infeksi, atau gangguan pada tubuh) awal untuk peningkatan risiko masalah kognitif dan emosional di kemudian hari," kata Megan M. Herting, pakar kesehatan publik di Keck yang juga turut serta dalam riset.
Pilihan Editor: Awas, Asap Kompor Gas Bisa Picu Kanker