TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini, publik dihebohkan dengan pemberitaan kasus antraks yang menyebabkan tiga orang meninggal dunia di Gunung Kidul, Yogyakarta. Lantas, apa penyebab seseorang menderita antraks?
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi menjelaskan bahwa terjadinya antraks ditandai dengan lima kali rangkaian peristiwa kematian hewan ternak di lokasi setempat pada Mei sampai awal Juni 2023.
Dikutip dari Antara, hewan ternak yang berupa sapi dan kambing di daerah tersebut milik warga berinisial KR dan SY. Kematian sapi di daerah tersebut telah dilaporkan pada 18 Mei, 22 Mei, dan 26 Mei 2023, sedangkan kematian kambing terjadi pada 20 Mei dan 2 Juni 2023.
Mengacu Tempo.co, lebih lanjut, Imran menyatakan bahwa tren kejadian antraks di Yogyakarta hampir terjadi setiap tahun, seperti pada 2019 sebanyak 31 kasus dan pada 2022 sebanyak 23 kasus. Namun, saat itu belum ada laporan tentang kematian.
Antraks menjadi suatu kondisi yang masih kerap terjadi di seluruh negara berkembang. Sebagian besar kasus antraks manusia terjadi sebagai akibat dari paparan hewan yang terinfeksi daging atau kulit mereka. Antraks terbentuk dari spora yang terjadi secara alami di tanah. Spora tersebut dapat tetap tidak aktif selama bertahun-tahun sampai menemukan jalan menuju ke inang. Adapun, inang umum antraks terdapat pada ternak liar atau domestik, seperti domba, sapi, kuda, dan kambing.
Spora dalam inang tersebut berupa bakteri bacillus anthracis yang melahirkan antraks. Hewan liar atau inang-inang tersebut dapat menghirup atau menelan spora yang tidak aktif ketika merumput. Setelah bercampur dengan cairan tubuh, bakteri antraks aktif, berkembang biak, dan menyebar ke seluruh tubuh manusia. Bakteri menyebabkan reaksi beracun dan berpotensi mematikan bagi manusia. Proses yang sama terjadi pada orang yang menghirup, menelan, atau bersentuhan dengan spora tersebut, sebagaimana terangkum dalam clevelandclinic.
Antraks tidak menular, seperti cacar air atau flu dan tidak dapat ditangani secara langsung berhadapan dengan orang lain yang terinfeksi. Namun, terdapat faktor-faktor tertentu yang dapat membuat seseorang kemungkinan besar menderita antraks.
Merujuk mayoclinic.org, berikut adalah faktor-faktor seseorang terkena antraks, yaitu:
- Berada di militer dan dikerahkan ke daerah dengan risiko tinggi terpapar antraks
- Bekerja meneliti atau bersentuhan langsung dengan antraks dalam laboratorium
- Mengolah kulit binatang, bulu, atau wol dari daerah dengan insiden antraks yang tinggi
- Bekerja di bidang kedokteran hewan, terutama jika berurusan dengan hewan ternak
- Menangani atau mendandani hewan buruan yang terkadang ada wabah pada hewan liar, seperti rusa
- Menyuntikkan obat-obatan terlarang, seperti heroin kepada hewan ternak.
Pilihan editor: Jejak Kasus Antraks di Indonesia, Ternyata Sudah Ada Sejak 1884