TEMPO.CO, Jakarta - Perundungan online atau cyberbullying ataupun secara langsung memiliki efek dan tanda yang mirip. Karena itu, perundungan dalam bentuk apapun merupakan hal serius dan harus segera diatasi. Beberapa tanda cyberbullying yang mungkin terjadi pada anak dan remaja, antara lain terlihat murung, lebih pendiam dan komunikasi berkurang, tidak bersemangat.
Selain dari segi perubahan tingkah laku, terkadang anak dan remaja yang mengalami perundungan online juga mengalami gejala gangguan psikosomatis, yang merupakan hubungan antara pikiran atau psikis yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh atau sebaliknya. Misalnya, anak mengeluh sakit tetapi saat diperiksakan ke dokter tidak ada tanda gangguan atau masalah kesehatan.
Pada anak dan remaja yang korban perundungan, gejala fisik atau gangguan psikosomatis mungkin terjadi pada mereka. Psikolog Rosanna Dewi Yunita mengatakan anak dan remaja yang mengalami perundungan online cenderung tidak termotivasi saat melakukan kegiatan atau hobi yang disukai sebelumnya.
“Hobi-hobi yang tadinya ia minati, ia kelihatan ceria, ketika mengalami perundungan jadi tidak terlihat percaya diri dan takut keluar atau bersosialisasi,” kata Rosanna.
Usia rentan perundungan
Rosanna menjelaskan saat ini kebebasan mengakses informasi tidak lagi membuat cyberbullying merujuk pada salah satu atau sebagian usia saja melainkan dapat terjadi pada usia berapa pun. Bahkan, anak usia sekolah dasar dapat mengalami atau menjadi pelaku perundungan online.
Bagi anak-anak pelaku, hal tersebut dapat terjadi secara sengaja maupun tidak. Terkadang, anak-anak tersebut hanya mengikuti apa yang dilihat di media sosial dan internet saja. Misalnya, menulis komentar dengan kata-kata kasar, membuat video yang bernada merendahkan kepada satu atau beberapa pihak, dan lainnya.
Mengikuti teman sebaya atau orang lain kerap dilakukan anak-anakdan tanpa sadar hal tersebut dapat menimbulkan cyberbullying dan membuat mereka menjadi pelaku.
Peran orang tua dan guru
Cara yang dapat dilakukan orang tua dan guru adalah memberikan pemahaman soal interaksi dengan orang lain. Ajarkan anak bagaimana bersikap terhadap orang lain. Rosana juga mengatakan peran agama tidak kalah penting untuk membentengi anak dari perundungan online, menanamkan nilai agama mulai dari etika, adab, dan aturan dalam berhubungan dengan orang lain.
“Jadi, anak pun memiliki landasan yang kuat, baik itu saat berselancar di internet, apakah ia berada di lingkungan sekolah sesungguhnya,” ujarnya.
Berikan pemahaman dengan nilai-nilai baik yang dapat dilakukan anak. Jangan lupa memberikan contoh seperti bagaimana anak yang harus menghormati guru, menghargai teman, dan lainnya. Tidak hanya orang tua, peran guru pun penting untuk mengajarkan anak cara bersikap agar cyberbullying dan bentuk perundungan lain dapat dihindari.
Guru dapat melakukan metode variatif seperti mengajarkan kebaikan melalui lagu, cerita, dan kegiatan belajar mengajar lain. Selain itu, orang tua dan guru diharapkan dapat berdiskusi secara aktif dengan anak agar mereka dapat lebih memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ajak anak berpendapat dan sebaiknya rangkul untuk setiap hal yang dilakukan.
Jika anak merupakan pelaku bullying, cari tahu faktor penyebab ia melakukan hal tersebut. Lakukan komunikasi dengan anak bahwa hal yang dilakukan salah dan ajak anak belajar dari kesalahan tersebut. Namun, jika komunikasi biasa tidak dapat dilakukan, segera konsultasikan ke psikolog agar anak mendapatkan penanganan yang tepat. Begitu juga bagi anak dan remaja yang menjadi korban, lakukan konsultasi dengan psikolog agar dapat segera pulih.
“Bimbing dan pantau karena apa yang anak dan remaja suka, hal itu yang mereka lakukan. Kemampuan komunikasi dan diskusi interaktif pada anak itu penting,” tegasnya.
Pilihan Editor: Kurang Perhatian Orang Tua Bikin Anak Terlibat Perundungan