TEMPO.CO, Jakarta - Membawa ponsel ke toilet ketika akan buang air menjadi kebiasaan yang umum saat ini. Meskipun argumen bahwa ponsel memicu adiksi, hal semacam ini terjadi bahkan sebelum ponsel ditemukan.
Dulu orang biasa membawa majalah, koran, atau novel ke dalam toilet untuk menemani buang air dan beberapa orang masih melakukannya hingga saat ini.
Mengutip Times of India, pada 1937, seorang psikoanalis bernama Otto Fenichel menyebut bahwa membaca adalah tindakan inkorporasi. Jadi, membaca di toilet adalah upaya untuk menjaga keseimbangan ego, bagian dari substansi tubuh seseorang sedang hilang sehingga materi segar harus diserap melalui mata.
Dikutip dari Majalah Time, psikoanalis lain bernama James Strachey pada 1930 berargumen bahwa membaca adalah cara memakan kata-kata orang lain, sehingga orang yang membaca di toilet membaca kata-kata yang diekskresikan secara metaforis oleh seorang penulis pada saat yang sama ketika mereka mengeluarkannya secara harfiah.
Serangkaian survei yang dilakukan oleh BankMyCel, yang mengekstraksi dan menggunakan data dari 2.114 orang di AS dilakukan untuk menemukan analisis rinci penggunaan smartphone di toilet.
Studi tersebut mengungkapkan bahwa 74,5 persen dari partisipan membawa ponsel ke toilet. Sebanyak 90 persen membersihkan tangan mereka, tetapi hanya 16,5 persen yang membersihkan ponselnya. Lebih lanjut, para ilmuwan di University of Arizona telah menemukan bahwa ponsel membawa bakteri 10 kali lebih banyak daripada kebanyakan dudukan toilet.
Risiko kesehatan yang muncul
Ada risiko tinggi perpindahan kuman ke ponsel dari toilet dan lebih jauh ke dalam rumah. Hal ini dapat menyebabkan keracunan makanan dan potensi infeksi lainnya. Menghabiskan waktu lama di dudukan toilet juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan meningkatkan risiko wasir.
Jika terdistraksi terkait penggunaan ponsel, evakuasi usus mungkin terhenti. Hambatan dalam mengosongkan usus secara penuh dapat menyebabkan penumpukan kotoran atau membuat kesehatan usus memburuk.
Pilihan Editor: Ponsel 10 Kali Lebih Kotor dibanding Dudukan Toilet?