https://www.tempo.co/tag/nyamukTEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan pentingnya menyusun strategi untuk mengatasi masalah Arbovirosis seperti demam berdarah dengue alias DBD. Ia pun mengajak masyarakat untuk lebih terbuka terhadap potensi pendekatan yang perlu diambil. "International Arbovirus Summit Indonesia 2024 merupakan implementasi kolaborasi internasional dalam membantu negara-negara meningkatkan kesiapan, pencegahan, dan penanganan Arbovirus," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada akhir April 2024.
Arbovirus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan infeksi virus yang ditularkan ke manusia dari sekelompok serangga yang dikenal sebagai arthropoda. Arbovirus Global Summit atau International Arbovirus Summit merupakan inisiatif dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan GISAID dalam rangka konsolidasi upaya global yang berfokus pada peningkatan pengawasan, penelitian, dan pertukaran informasi arbovirus. Tahun ini, Kementerian Kesehatan Indonesia dan Kementerian Kesehatan Brasil bertindak sebagai tuan rumah untuk acara yang berlangsung di Bali pada tanggal 25-27 April 2024.
Budi mengatakan setidaknya ada 5 hal yang menjadi fokus dalam menangani penyakit menular seperti penyakit arbovirosis. "Pertama, edukasi dan pelatihan bagi publik tentang bagaimana menghindari penyakit-penyakit menular. Melalui edukasi dan pemahaman yang cukup, masyarakat kita menjadi tahu apa yang harus dilakukan dan dihindari, untuk mencegah penularan lebih lanjut. Kedua, yang juga menjadi kunci, adalah vektor kontrol. Ketiga adalah pengawasan atau surveillance yang kuat. Keempat adalah vaksin, dan yang kelima adalah terapeutik, atau obat apabila ada yang terinfeksi,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sampai dengan minggu ke-14 2024, atau di bulan April 2024, tercatat kasus DBD di Indonesia mencapai 60.296 kasus, dengan kematian 455 kasus. Angka ini naik lebih dari dua kali lipat, dari minggu ke-17 di tahun 2023 yaitu 28.579 kasus dengan kematian sebanyak 209 kasus.
Sementara itu, Emanuel Melkiades Laka Lena, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, mengemukakan bahwa pemerintah memiliki peran penting dalam membentuk pendekatan Indonesia dalam implementasi vaksin dan strategi kesehatan masyarakat, terutama dalam mengatasi tantangan seperti DBD. “Menurut saya, sangat penting untuk memprioritaskan vaksin berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat, beban penyakit, dan sumber daya yang tersedia," katanya.
Ia menambahkan bahwa Indonesia memiliki Program Imunisasi Nasional. Keputusan untuk memasukkan vaksin baru ke dalam Program Imunisasi Nasional harus dipandu oleh bukti ilmiah, analisis efektivitas biaya, dan konsultasi dengan para pemangku kepentingan yang relevan. "Agar vaksin lebih efektif, penting untuk mengarahkannya ke kelompok-kelompok yang berisiko tinggi dan daerah-daerah di mana penyakit ini sering terjadi," katanya.
Penting juga untuk melibatkan masyarakat secara efektif. Surveilans dan pemantauan setelah vaksinasi penting dilakukan untuk menilai efektivitas vaksin, memantau efek samping, dan melacak tren penyakit, sehingga masalah apa pun dapat diatasi dengan cepat. "Menggabungkan vaksinasi dengan langkah-langkah pengendalian vektor, seperti menggunakan teknik inovatif seperti wolbachia, juga penting,” katanya.
Emanuel pun mengaku terus mengawasi program-program ini untuk memastikan program tersebut transparan, efisien, dan selaras dengan kepentingan kesehatan masyarakat. "Dengan melibatkan para pemangku kepentingan dan meningkatkan kesadaran masyarakat, kami mendorong kolaborasi dan memberdayakan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah proaktif melawan demam berdarah,” kata Emanuel.
Dokter Spesialis Anak dari Universitas Gajah Mada (UGM) Ida Safitri Laksanawati menyampaikan bahwa pemberian vaksinasi untuk pencegahan DBD dapat menjadi salah satu solusi untuk memberikan perlindungan yang lebih menyeluruh bagi keluarga di Indonesia. “Vaksin dengue sudah tersedia di Indonesia sejak tahun 2016. Vaksin tersedia di Indonesia dapat diberikan kepada kelompok usia 6-45 tahun. Vaksin Dengue telah melalui proses penelitian dan pengembangan sedemikian rupa, serta telah mendapatkan evaluasi dari otoritas kesehatan terkait, seperti BPOM, dengan hasil yang menunjukkan profil efikasi dan keamanan yang dapat diterima pada rentang usia tersebut,,” kata Ida.
Acara yang digagas oleh Kementerian Kesehatan Indonesia dan Kementerian Kesehatan Brasil ini bertujuan untuk mengatasi lonjakan penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang mulai mengkhawatirkan di seluruh dunia, khususnya infeksi demam berdarah yang meningkat tajam di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Timur Tengah beberapa waktu terakhir. Acara ini diharapkan bisa menjadi platform penting untuk memajukan strategi pengendalian penyakit arbovirus, mengeksplorasi perkembangan vaksin terkini, serta menerapkan surveilans genom global guna memantau efektivitas intervensi dan evolusi virus.
Vaccine Policy, Takeda Pharmaceuticals International, Nikki Kitikiti menegaskan komitmen Takeda dalam melawan demam berdarah dengue (DBD) di dunia. Ia mengingatkan demam berdarah dengue menimbulkan beban yang signifikan bagi keluarga, sistem kesehatan, dan ekonomi. Mengingat DBD dapat menjangkit siapa saja, tanpa pandang bulu, penanggulangan DBD memerlukan pendekatan yang terintegrasi dan kemitraan lintas-sektor yang kuat. "Untuk itu, kami sangat gembira dapat memberikan kontribusi kami pada acara International Arbovirus Summit 2024 ini, dan mendukung pemerintah untuk merumuskan strategi pengendalian penyakit arbovirus, termasuk DBD. Melalui inisiatif ini, kami berharap apa yang kita lakukan ini dapat memuluskan jalan kita untuk mencapai tujuan WHO ‘nol kematian akibat akibat DBD’ pada tahun 2030," kata Nikki.
Pilihan Editor: Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue