TEMPO.CO, Jakarta - Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono akan kembali menerapkan sistem hybrid working atau bekerja dari kantor (work from office/WFO) dan dari rumah alias work from home disingkat WFH. Sistem ini ditetapkan untuk para aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Kebijakan sistem kerja bagi pegawai negeri sipil (PNS) ini diambil berdasarkan arahan dari Presiden Joko Widodo pada rapat terbatas di Istana Negara yang membahas tentang peningkatan kualitas udara Jakarta, Senin lalu, 14 Agustus 2023.
Lalu bagaimana efek hybrid working untuk kesehatan?
Dikutip dari Forbes, sebuah penelitian terhadap 2.000 pekerja di Amerika Serikat beberapa waktu lalu yang bekerja secara hybrid working menunjukkan perubahan dalam mobilitas pekerja selama jam kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan ini memiliki dampak pada kesehatan fisik. Berikut beberapa penelitian yang terungkap:
- 60 persen karyawan mengakui mengurangi mobilitas mereka lebih dari 50 persen sejak memulai bekerja dalam mode hybrid.
- Rata-rata pekerja hybrid working hanya melangkah sebanyak 16 langkah dari tempat tidur ke ruang kerja di rumah.
- Pada hari kerja, satu dari tiga pekerja menghabiskan waktu duduk di kursi kerja sepanjang hari dan 63 persen dari mereka hanya berjalan untuk pergi ke toilet atau dapur. Selain itu, 24 persen pekerja jarak jauh bahkan tidak pernah meninggalkan rumah.
- Hampir separuh dari seluruh pekerja jarak jauh memperkirakan bahwa mereka hanya melangkah sekitar 1.000 langkah selama jam kerja, padahal para ahli kesehatan menyarankan agar setiap orang berjalan sebanyak 8.000 langkah per hari.
- Selain itu, 50 persen melaporkan mengalami nyeri di bagian bawah punggung, 48 persen mengalami nyeri pada bahu, dan 52 persen merasa ketegangan pada mata.
Sementara itu, melansir dari laman UK Parliament, sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada lebih dari 78 persen dari mereka yang bekerja dari rumah mengatakan bahwa hybrid working memberi mereka keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.
Namun, kerja jarak jauh dan hybrid dapat menyebabkan kaburnya batas-batas kehidupan kerja dan perasaan tertekan untuk selalu tersedia secara online, serta peningkatan jam kerja lembur yang tidak dibayar.
Namun dampak kesehatan baik positif dan negatif pada hybrid working (WFH dan WFO) bervariasi berdasarkan karakteristik sosio-demografi serta faktor individu, misalnya kepuasan kerja karyawan dan keadaan pribadi.
FORBES | POST PARLIAMENT UK
Pilihan editor: Alasan Apindo Tidak Setuju WFH Bukan Solusi Polusi Udara Jakarta: Justru Menurunkan Produktivitas Pekerja