Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pentingnya Kolaborasi Demi Wujudkan Nol Emisi Karbon di Sektor Kesehatan

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Seminar bertajuk Driving Zero Emission Transition for Sustainable Healthcare Sector pada Kamis 7 September 2023 di Jakarta
Seminar bertajuk Driving Zero Emission Transition for Sustainable Healthcare Sector pada Kamis 7 September 2023 di Jakarta
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Lucia Rizka Andalucia mengatakan penting sekali adanya kolaborasi antara pemerintah dan pengusaha dalam mewujudkan nol emisi karbon di sektor kesehatan. "Kami percaya jalani keberlanjutan perlu adanya kolaborasi," katanya pada seminar bertajuk Driving Zero Emission Transition for Sustainable Healthcare Sector pada Kamis 7 September 2023 di Jakarta. 

Rizka berharap kolaborasi yang dilakukan tidak hanya di atas kertas, namun juga diwujudkan dalam beragam aktivitas. "Dengan kolaborasi, komitmen yang diberikan jadi tidak hanya sebatas di event ini tapi juga bisa terlihat dalam hal aktivitas," katanya. 

Rizka, sapaan Lucia, mengatakan ada banyak sekali sektor yang harus bekerja sama dalam mewujudkan mimpi nol emisi karbon di bidang kesehatan. Ada pemerintah, perusahaan obat, rumah sakit yang menawarkan layanan kesehatan, serta berbagai perusahaan terkait.

Presiden Direktur Astrazeneca Indonesia, Se Whan Chon setuju dengan pentingnya kolaborasi antara pihak ini. "Tentunya penting untuk kami swasta menggandeng pemerintah. Hal ini kami sudah lakukan," katanya. 

Se Whan Chon menambahkan selama ini upaya untuk mewujudkan nol emisi karbon di sektor kesehatan sudah timnya lakukan.  Dia mengatakan Di AstraZeneca, keberlanjutan adalah inti dari strategi global timnya. Timnya juga ikut berinvestasi pada kesehatan planet dan masyarakat. "Kami menyadari bahwa sekitar 5 persen emisi gas rumah kaca (GRK) global dihasilkan dari sektor kesehatan. Untuk menjalankan peran kami, kami telah menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari operasi dan armada kami sebesar 98 persen pada tahun 2026. Sejak baseline tahun 2015, kami telah mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 59 persen," katanya.

Bagi AstraZeneca, keberlanjutan berarti memanfaatkan kekuatan ilmu pengetahuan, inovasi serta jangkauan global perusahaan untuk membangun masa depan yang sehat bagi manusia, masyarakat, dan planet bumi. "Kami berupaya menciptakan nilai, di luar manfaat obat-obatan dengan menanamkan keberlanjutan dalam segala hal yang kami lakukan mulai dari laboratorium hingga pasien.  Maka kami hari ini mengundang berbagai pemangku kepentingan sektor Kesehatan di Indonesia untuk bersatu mendukung visi bersama menciptakan sektor Kesehatan yang berkelanjutan," kata Se Whan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Se Wan menjelaskan beberapa cara timnya menuju nol emisi kabon di sektor kesehatan. Di tengah diskusi yang hangat, berbagai pemangku kepentingan dari sektor kesehatan mewakili fasilitas kesehatan, produsen obat lokal dan luar negeri telah menandatangani sebuah Sustainability Pledge focus terhadap membangun sektor Kesehatan yang berkelanjutan untuk generasi masa depan. 

"Kami berkomitmen untuk memegang ikrar dan komitmen dalam mendukung Layanan Kesehatan Berkelanjutan di tanah air. Dengan menandatangani ikrar ini, kami berkomitmen terhadap visi layanan kesehatan berkelanjutan di Indonesia, yang berpedoman pada prinsip-prinsip keadilan sosial, kepedulian terhadap lingkungan, kelayakan ekonomi, dan ketahanan sistem," kata Se Whan. 

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Nani Hendiarti menambahkan, Indonesia memiliki komitmen dan ambisi besar dalam hal perubahan iklim. Dimana dalam hal ini pemerintah juga berkolaborasi dengan pihak swasta, salah satunya dengan AstraZeneca melalui AZ Forest. "Perhatian kita akan lingkungan seperti komitmen penurunan emisi dan aksi perubahan iklim adalah komitmen dan ambisi dengan pendekatan melibatkan kontribusi dari industri," katanya.

Dalam hal komitmen tersebut, Nani mengatakan bahwa sebanyak 17 persen komitmen dari sektor perhutanan. Dari sektor ini, dia mengklaim pencapaian pemerintah sudah baik dalam hal peran hutan dalam mengurangi emisi karbon. "Kolaborasi AZ Forest adalah contoh baik, karena disini kita ada restorasi tanam 10 juta pohon di DAS Citarum dimana program ini memberikan keuntungan bagi alam dan komunitas sekitar," katanya.

Pilihan Editor: 5 Manfaat Makan Ulat Sagu bagi Kesehatan

Iklan

Berita Selanjutnya




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apa Itu Gangguan Makan ARFID?

13 jam lalu

Ilustrasi keluarga makan bersama di meja makan. Foto: Freepik.com
Apa Itu Gangguan Makan ARFID?

ARFID adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pembatasan asupan makanan karena gangguan makan.


Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

1 hari lalu

Para pria berdiri di dekat mobil dekat pembangkit listrik tenaga batu bara di Shanghai, Cina,  21 Oktober 2021. REUTERS/Aly Song
Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

Penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara menyeluruh tidaklah realistis, kata pejabat tinggi iklim Cina.


EEA Kembali Ingatkan Ancaman Serius BPA Bagi Kesehatan

1 hari lalu

EEA Kembali Ingatkan Ancaman Serius BPA Bagi Kesehatan

EEA mengeluarkan peringatan dalam laporan mereka, bahwa tingkat BPA yang ditemukan saat ini sudah 'jauh di atas batas aman' bagi kesehatan.


Mengapa Sering Mengeluh Dapat Membahayakan Kesehatan?

1 hari lalu

Ilustrasi pria di tempat kerja. lovebscott.com
Mengapa Sering Mengeluh Dapat Membahayakan Kesehatan?

Meskipun dapat menurunkan suasana hati dan kebahagiaan, mengeluh juga dapat berdampak besar pada fungsi otak dan tubuh.


Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

1 hari lalu

Ilustrasi anak muda dan gadget. Shutterstock
Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

Generasi muda memiliki potensi dan antusiasme untuk berkontribusi dalam membentuk dunia yang lebih hijau, setara, dan berkelanjutan.


Pentingnya Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan dalam Perencanaan Pembangunan untuk Ekonomi Hijau

2 hari lalu

Sesi Indonesia Sustainibility Forum (ISF) 2023 di Jakarta/istimewa
Pentingnya Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan dalam Perencanaan Pembangunan untuk Ekonomi Hijau

Memasukkan konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan dalam perencanaan pembangunan akan mempercepat perwujudan ekonomi hijau yang inklusif.


Selangkah Lagi Indonesia Menuju Cakupan Kesehatan Semesta

3 hari lalu

Selangkah Lagi Indonesia Menuju Cakupan Kesehatan Semesta

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dikenal sebagai program jaminan kesehatan dengan jumlah kepesertaan terbesar di dunia.


Yang Perlu Diketahui soal Perbedaan Probiotik dan Prebiotik

4 hari lalu

Ilustrasi usus. 123rf.com
Yang Perlu Diketahui soal Perbedaan Probiotik dan Prebiotik

Perbedaan utama antara probiotik dan prebiotik adalah bahwa prebiotik tidak mengandung mikroorganisme hidup seperti probiotik.


Protes Bahan Bakar Fosil, Aktivis Coret Gerbang Brandenburg di Berlin dengan Cat Semprot

5 hari lalu

Orang-orang berjalan di depan Gerbang Brandenburg setelah aktivis iklim Generasi Terakhir (
Protes Bahan Bakar Fosil, Aktivis Coret Gerbang Brandenburg di Berlin dengan Cat Semprot

Para aktivis iklim di Berlin, Jerman mencoret Gerbang Brandenburg dengan cat semprot dalam protes bahan bakar fosil.


Di Festival Like 2023, Jokowi Singgung Perubahan Iklim dan Polusi di Jakarta

5 hari lalu

Presiden Jokowi berfoto dengan penerima SK Perhutanan Sosial & Adat dalam puncak Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan dan Energi Baru Terbarukan (Festival LIKE) di Indonesia Arena, GBK, Jakarta, Senin, 18 September 2023. TEMPO/Subekti.
Di Festival Like 2023, Jokowi Singgung Perubahan Iklim dan Polusi di Jakarta

Presiden Jokowi mengingatkan soal perubahan iklim yang tengah terjadi di dunia, dan menyoroti keadaan polusi di Jakarta.