TEMPO.CO, Jakarta - Sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 33 tahun 2009, setiap 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Pemilihan 2 Oktober dilakukan berdasarkan ketetapan UNESCO (Unesco Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization), yaitu badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. UNESCO memutuskan batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Mengacu kemdikbud.go.id, proses yang dijalani pemerintah Indonesia untuk mendapat pengakuan tersebut diawali dengan melakukan nominasi batik Indonesia ke UNESCO pada 3 September 2008. Pemerintah Indonesia harus menunggu selama empat bulan sampai akhirnya UNESCO menerima secara resmi nominasi pada 9 Januari 2009 untuk diproses lebih lanjut.
Setelah itu, batik dilakukan pengujian tertutup di Paris oleh UNESCO selama empat hari pada 11-14 Mei 2009. Barulah, 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik Indonesia dalam daftar representatif Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Berdasarkan Konvensi Internasional Perlindungan Warisan Budaya Takbenda Manusia 2003 (Convention for Safeguarding Intangible Culture Heritage Humanity 2003) Pasal 2 ayat 2 dijelaskan bahwa Warisan Budaya Takbenda diwujudkan dalam beberapa domain, yaitu tradisi dan ekspresi lisan, seni pertunjukan, ritual praktik sosial dan acara perayaan, pengetahuan dan praktik alam semesta, serta keahlian tradisional. Dari kelima domain tersebut, batik memenuhi tiga domain, yaitu tradisi dan ekspresi lisan, ritual praktik sosial dan acara perayaan, serta keahlian kerajinan tradisional.
Menurut UNESCO, batik memiliki simbol yang berhubungan dengan status sosial, kebudayaan lokal, alam, dan sejarah Indonesia. Mengacu unesco.org, batik juga memainkan peran sentral dalam ritual tertentu, seperti upacara pengecoran batik kerajaan ke gunung berapi. Batik dicelup oleh para pengrajinnya yang bangga membuat desain menarik dengan menggunakan titik-titik dan garis lilin panas.
Batik memiliki keragaman pola yang luas dalam mencerminkan berbagai pengaruh, seperti kaligrafi Arab, karangan bunga Eropa, burung phoenix Cina, bunga sakura Jepang, dan burung merak India atau Persia. Kerajinan batik terjalin dengan identitas budaya rakyat Indonesia melalui makna simbolis dari warna dan desainnya yang mengekspresikan kreativitas dan spiritualitas mereka.
Selain pengakuan dari UNESCO, alasan lainnya dari penetapan Hari Batik Nasional merupakan usaha pemerintah dalam meningkatkan martabat bangsa Indonesia dan citra positif Indonesia di Forum Internasional. Selain itu, juga untuk menumbuhkan kecintaan dan rasa bangga masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan sendiri.
Setiap daerah Indonesia memiliki corak dan motif batik berbeda sebagai suatu yang khas dan ciri daerah tersebut. Sebab, corak ragam dan motif batik yang mengandung banyak makna dan filosofi menjadi gambaran dari masyarakat Indonesia dan berbagai adat istiadat maupun budaya dari dahulu sampai sekarang.
RACHEL FARAHDIBA R | ASMA AMIRAH I TIM TEMPO.CO
Pilihan Editor: 35 Link Twibbon Hari Batik Nasional, Begini Cara Mengunggahnya