Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Marak Perundungan Anak Sekolah, Pengamat Singgung Kesalahan Pola Asuh

Reporter

image-gnews
Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio
Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Belum reda ingatan kita dengan kejadian geng kenakalan remaja beberapa bulan lalu. Akhir-akhir ini kita kembali dikejutkan dengan maraknya berbagai aksi perundungan oleh anak-anak usia sekolah. Kejadian-kejadian ini berlangsung di berbagai daerah di Indonesia. Tercatat kejadian bullying dalam beberapa minggu terakhir terjadi di Gresik, Kuningan, Cilacap, Balikpapan, hingga Buton.

Dari data yang dikumpulkan oleh Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), tercatat sebanyak 23 kasus perundungan yang terjadi di berbagai satuan pendidikan sejak Januari hingga September 2023. Dari 23 kasus tersebut, sebanyak 50 persen bullying terjadi di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), disusul tingkat Sekolah Dasar (SD) 23 persen, dan sisanya terjadi di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 

"Kalau melihat fenomena di atas, tampak sekali bahwa mayoritas kejadian perundungan ini terjadi pada tingkat anak-anak praremaja menuju remaja (SD-SMP)," jelas pengamat pendidikan Ahmad Fahrizal Rahman, S.T., M.Pd, saat dihubungi Tempo.

Sekretaris Yayasan Almuslim Jawa Timur itu menyatakan usia-usia praremaja ini adalah usia anak dengan kondisi emosi yang belum stabil. Mereka masih dalam proses mencari jati diri dan berusaha mencari pengakuan eksistensi diri dari lingkungan sekitar, ditambah kurangnya kedekatan anak dengan orangtua dan kesalahan pola asuh terhadap anak yang tidak tepat. 

"Keluarga yang suka menghukum dengan cara fisik dan menggunakan kata-kata kasar, maka anak akan merasa hal demikian itu dibenarkan sehingga ketika bermasalah dengan temannya maka dia akan berperilaku kasar juga ke temannya," lanjut lulusan S-2 jurusan Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang itu. 

Pola asuh yang otoriter tersebut juga bisa menyebabkan anak-anak melampiaskannya ketika bergaul di lingkungan luar rumah karena ketika di rumah, mereka tidak berdaya saat berhadapan dengan orang tua mereka. Mengapa kejadian ini bisa sampai terjadi dalam skala nasional? 

"Hal ini karena mudahnya mereka mengakses aplikasi-aplikasi media sosial ataupun media tontonan online. Banyak berita di media massa maupun adegan film yang menampilkan kekerasan yang beredar akhir-akhir ini. Itu juga bisa menjadi contoh bagi anak-anak remaja tersebut. Mereka menganggap aksi-aksi kekerasan tersebut sebagai perbuatan jagoan yang keren," papar alumni Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pengaruh lingkungan
Berbagai faktor tersebut di atas, baik kondisi di rumah yang kurang kondusif, akses media video yang bebas tanpa batas, hingga pengaruh lingkungan sekitar, menyebabkan begitu maraknya kejadian perundungan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga lembaga perlindungan ibu dan anak telah menetapkan konten/materi pendidikan antiperundungan. Hal ini ditekankan kembali melalui Permendikbudristek no. 46 tahun 2023 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan di satuan pendidikan. 

Akan tetapi, tentu penerapan permendikbudristek tersebut membutuhkan proses yang tidak singkat. Apalagi dengan jumlah sekolah yang begitu banyak di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.

"Sekali lagi, penekanan peran orang tua dalam pembentukan perilaku baik pada anak juga sangat diperlukan. Kegiatan tersebut tidak bisa hanya diserahkan sepenuhnya pada pihak sekolah. Kemampuan sekolah dalam membina para siswa terbatas hanya pada saat kegiatan PBM di sekolah. Dengan waktu aktif sekolah maksimal hanya 7 sampai 8 jam per hari untuk sekolah satu hari penuh, tentu pengawasan pihak sekolah tidak berlangsung maksimal di jam luar sekolah," jelasnya.

Kerjasama seluruh pihak, baik orang tua, sekolah, hingga lingkungan masyarakat sangat perlu untuk ditingkatkan demi pembentukan perilaku yang baik pada anak-anak.

Pilihan Editor: Heboh Bajing Kids di Bali, Ini Kata Pengamat soal Kenakalan Remaja

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


KJP Plus November Belum Juga Cair, Orang Tua Pasrah: Tunggu Nasib

3 hari lalu

Warga menunjukkan Kartu Jakarta Pintar serta bukti pembayaran saat membeli pangan murah di RPTRA Jatinegara, Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2019.  TEMPO / Hilman Fathurrahman W
KJP Plus November Belum Juga Cair, Orang Tua Pasrah: Tunggu Nasib

Orang tua pasrah menanti kepastian kapan dana Kartu Jakarta Pintar atau KJP Plus milik anaknya cair untuk periode November 2023.


Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

3 hari lalu

Ilustrasi anak marah-marah. Shutterstock.com
Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

Ada anak yang merasa bisa berpikir dan berlaku sesukanya, bisa juga mengacu pada anak manja. Penyebabnya mereka selalu mendapatkan segala keinginan.


Kemendikbud Sebut Angka Partisipasi Sekolah di Indonesia Sudah Baik, Begini Rinciannya

3 hari lalu

Ilustrasi siswa yang akan memulai kegiatan belajar mengajar. (Foto: Dok. Kemdikbud)
Kemendikbud Sebut Angka Partisipasi Sekolah di Indonesia Sudah Baik, Begini Rinciannya

Makin tinggi Angka Partisipasi Sekolah berarti makin banyak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah.


Viral Anak SD di Bekasi Jadi Korban Bullying Usai Pelajar SMA Kalah Main Bola

4 hari lalu

Ilustrasi persekusi, bullying. Shutterstock
Viral Anak SD di Bekasi Jadi Korban Bullying Usai Pelajar SMA Kalah Main Bola

Tujuh siswa SMA di Bekasi viral melakukan bullying terhadap anak SD usai kalah main bola. Anak SD itu diduga mengejek pelajar SMA.


Kata Mereka yang Bertahan Menjadi Guru Meski Gajinya Kecil: Amal Jariyah dan Kesenangan

5 hari lalu

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim pada acara peringatan Hari Guru Nasional 2023 di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu (25 November 2023). Acara ini dihadiri sekitar 7,500 guru. (ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah)
Kata Mereka yang Bertahan Menjadi Guru Meski Gajinya Kecil: Amal Jariyah dan Kesenangan

Beberapa guru menceritakan alasan mereka bertahan meski digaji kecil


Sosok Pria yang akan Hibahkan 15 Hektare Lahan untuk Sekolah di IKN

6 hari lalu

Baim Wong berpose bersama Fiki Naki saat diundang oleh Presiden Joko Widodo untuk melihat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat 22 September 2023. FOTO/Instagram/baimwong
Sosok Pria yang akan Hibahkan 15 Hektare Lahan untuk Sekolah di IKN

Siapa sosok pria yang akan hibahkan lahan di IKN itu?


Psikolog Sebut Penyebab Perempuan Rentan Alami Kekerasan

7 hari lalu

Ilustrasi KDRT. radiocacula.com
Psikolog Sebut Penyebab Perempuan Rentan Alami Kekerasan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan. Berikut penjelasan psikolog.


Perlunya Libatkan Pelaku dan Korban untuk Atasi Perundungan

7 hari lalu

Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio
Perlunya Libatkan Pelaku dan Korban untuk Atasi Perundungan

Psikiater mengatakan untuk mengatasi kasus bullying tak hanya lewat evaluasi terhadap pelaku tapi juga kondisi korban perundungan.


Warga Muara Jawa Hibahkan Tanahnya untuk Pembangunan Sekolah di IKN

7 hari lalu

Suasana pembangunan Sumbu Kebangsaan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat 22 September 2023. Presiden Joko Widodo menyebut progres pembangunan IKN sudah mencapai sekitar 40 persen. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/
Warga Muara Jawa Hibahkan Tanahnya untuk Pembangunan Sekolah di IKN

Sudirman menghibahkan lahannya seluas 5 hektare kepada Otorita IKN di SMAN 1 Muara Jawa.


Marak Tawuran Pelajar, Sudin Pendidikan Jakbar Klaim Sudah Bina Keluarga dan Sekolah

7 hari lalu

Ilustrasi tawuran pelajar. Dok. TEMPO/Dasril Roszandi;
Marak Tawuran Pelajar, Sudin Pendidikan Jakbar Klaim Sudah Bina Keluarga dan Sekolah

Polisi menangkap dua siswa yang membacok pelajar SMK sekolah lain dalam tawuran pelajar yang terjadi di Jakarta Barat