TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis dewasa dari Ikatan Psikolog Klinis wilayah Banten, Mega Tala Harimukthi, mengimbau membuat resolusi Tahun Baru yang realistis, dimulai dari mengevaluasi setahun sebelumnya.
"Resolusi idealnya dibuat dengan tolok ukur evaluasi dari resolusi di tahun sebelumnya supaya bisa menentukan goal di tahun berikutnya," ujarnya.
Namun, bila tak punya resolusi di tahun sebelumnya maka bisa membuat yang baru. Caranya dengan membandingkan pencapaian dari tahun-tahun sebelumnya, sudah sesuai atau masih harus ditingkatkan. Mega mengatakan sebenarnya orang punya kebebasan membuat resolusi yang realistis atau tidak. Namun, dia mengingatkan resolusi yang tak terlalu realistis akan menyebabkan frustasi untuk mencapainya. Karena itu, perlu dibuat skala prioritas di tahun baru ini.
"Misalnya prioritasnya adalah menikah tapi sekarang masih kuliah, berarti menuju goal itu kita harus merancang step by step, menyusun skripsi atau tesis baru bisa menikah," ujar Mega.
Dia mengingatkan pentingnya orang punya tujuan yang jelas dan spesifik agar resolusi yang dibuat menunjukkan prioritas sehingga bisa tercapai optimal. Sebaliknya, bila dia tidak punya tujuan jelas dan spesifik, maka biasanya resolusi tak menunjukkan prioritas sehingga dalam mencapainya tidak optimal.
"Karena bisa jadi di tengah jalan FOMO atau fear of missing out sama kehidupan orang lain atau hal yang sedang hit di masanya," tutur Mega.
Kenali diri sendiri
Dia mengingatkan masing-masing orang perlu mengenali diri sendiri, termasuk kelebihan dan kekurangan, serta harus jujur mengenai ini. Selanjutnya, perlu membuat skala prioritas dalam hidup di tahun baru, kemudian menentukan tujuan besar dan target waktunya. Langkah berikut yakni merancang tahapan yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan dan mengarahkannya serta membuat evaluasi berkala dan lembar ceklis dari setiap tahapan.
"Evaluasi berkala misalnya setiap bulan atau per tiga bulan, atau per enam bulan. Dari evaluasi kita bisa lihat apa sudah sejalan dengan resolusinya atau masih ada yang perlu ditingkatkan lagi," tutur Mega.
Dia mengingatkan jangan pernah membandingkan resolusi milik pribadi dengan orang lain karena akan sangat menghambat usaha diri mencapai resolusi Tahun Baru yang sudah dibuat.
"Don't be FOMO, let be JOMO (joy of missing out)! Kalau membandingkan, bandingkanlah diri kita hari ini dengan di tahun sebelumnya. Setelah berusaha optimal, waktunya menyerahkan ke kuasa Tuhan semesta," sarannya.
Pilihan Editor: Perlunya Bikin Resolusi Tahun Baru yang Spesifik, Psikolog Ungkap Alasannya