TEMPO.CO, Jakarta - Dalam pidato Upacara Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI), Erlina Burhan memaparkan bahasan untuk mengeliminasi tuberkulosis di Indonesia pada 2030.
Erlina Burhan, Guru Besar Fakultas Kedokteran atau FK Ul dalam bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi itu menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Orkestrasi Menuju Eliminasi Tuberkulosis di Indonesia pada Tahun 2030”.Dalam bahasannya, terdapat inovasi penemuan kasus aktif dengan Sistem Informasi Geografis yang disampaikan Erlina. Berikut penjelasannya.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb) yang menular melalui percikan yang terbentuk saat orang yang sakit TB batuk, berbicara, atau bersin. Percikan tersebut kemudian terbawa melalui udara. TB merupakan penyakit menular yang mematikan nomor 2 di dunia dan masih menjadi beban kesehatan global hingga saat ini. Angka kematian akibat TB diperkirakan mencapai 1,3 juta pada tahun 2022.
Pada abad ke ke-19 TB merupakan ancaman yang nyata di kawasan Eropa dan Amerika Utara. Meskipun bukti ilmiah sudah banyak diketahui bahwa penyebab penyakit TB adalah infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis (Mtb), masih banyak orang yang meyakini bahwa penyebab TB adalah penyakit keturunan dan cara hidup yang tidak sehat.
Secara umum penyakit TB dibagi 2 berdasarkan sifat atau respon bakteri terhadap antibiotiknya, yaitu TB sensitif obat (TB-SO) dan TB resisten obat (TBRO). TB-SO adalah penyakit tuberkulosis dengan kuman yang masih sensitif terhadap OAT sedangkan TB-RO adalah penyakit tuberkulosis dengan kuman yang telah resisten (kebal) terhadap obat anti-TB (OAT). Pengobatan untuk TB resisten obat (TB-RO) menjadi sebuah tantangan karena membutuhkan waktu yang sangat panjang hingga 18 - 24 bulan.
Baca juga:
Salah satu upaya untuk menekan penyebaran TB adalah dengan penemuan kasus aktif. Penemuan kasus aktif atau active case finding (ACF) merupakan skrining sistematis untuk TB aktif yang biasanya di luar fasilitas kesehatan. Tujuan ACF adalah meningkatkan jumlah temuan kasus TB, inisiasi pengobatan dengan cepat agar pasien tidak cepat menularkan ke orang lain, meningkatkan cakupan pencegahan infeksi TB laten menjadi TB dengan terapi pencegahan TB dan atau vaksin TB ketika sudah tersedia.
Inovasi yang ditawarkan oleh Erlina Burhan adalah kolaborasi penemuan kasus aktif dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Dalam praktiknya, TNI dan Polri juga turut aktif dalam membantu tenaga di lapangan. Dukungan teknologi SIG mempermudah personil lapangan untuk navigasi lokasi melakukan ACF dan mempermudah identifikasi pasien TB aktif.
Selain itu, teknologi SIG juga bisa membantu untuk proses identifikasi lokasi dengan penularan TB yang tinggi dan identifikasi lokasi yang belum pernah terjangkau.
Teknologi SIG sebenarnya telah digunakan beberapa negara melakukan ACF saat pandemi COVID-19, salah satunya adalah Spanyol. Teknologi SIG juga dapat membantu pemangku kebijakan untuk memetakan distribusi kasus TB di seluruh wilayah di Indonesia sehingga segala sumber daya yang meliputi tenaga kesehatan, obat-obatan, alat dan reagen diagnostik, dll dapat dialokasikan secara merata.
Erlina Burhan berharap dengan menggunakan teknologi SIG dapat membantu mempercepat penanganan TB di Indonesia karena membantu memastikan aksesibilitas penanganan TB bagi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Pilihan Editor: Pengukuhan Erlina Burhan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Penjaga Gawang Saat Pandemi Covid-19