TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis anak di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta, Arifianto, mengatakan anak penderita tuberkulosis atau TBC harus menjalani pengobatan sampai tuntas agar bakteri penyebab infeksi bisa dibasmi sampai habis.
"TB bisa sembuh asal tuntas pengobatannya dan kontrolnya teratur. Kenapa kontrol itu rutin setiap bulan? Karena kita tidak cuma sekedar memastikan obatnya diminum atau tidak tapi bagaimana perbaikan itu harus dipantau," kata Arifianto.
Baca juga:
Tuberkulosis disebabkan infeksi bakteri Mycobacteria tuberculosis dan bisa disembuhkan dengan meminum obat yang disediakan dalam bentuk paket, terdiri dari beberapa jenis obat yang disebut Kombinasi Dosis Terpadu (KDT). Arifianto menjelaskan periode pengobatan TBC berkisar antara 6-12 bulan, tergantung pada jenis infeksi tuberkulosis yang dialami.
"Untuk TB paru dan sebagian besar TB enam bulan. Tapi TB yang berat seperti meningitis itu bisa sampai 12 bulan," ujarnya.
Risiko tidak tuntas
Obat tuberkulosis bisa diminum saat perut kosong sebelum makan dengan dosis yang disesuaikan dengan berat badan. Arifianto menjelaskan apabila pengobatan TBC tidak dijalani sampai tuntas maka akan menyisakan bakteri penyebab infeksi dalam tubuh dan akan berkembang menjadi bakteri resisten atau kebal obat sehingga lebih sulit disembuhkan.
"Risiko dari tidak tuntas pengobatan TB adalah kumannya bisa jadi kebal atau lebih susah mengobatinya dan itu menimbulkan risiko kematian lebih tinggi kemudian hari," tuturnya.
Selain pengobatan yang tuntas, ia menekankan kontak erat dengan orang yang tertular merupakan kunci penyebaran bakteri tuberkulosis. Oleh karena itu, ia mendorong pemutusan rantai penularan demi mencegah penyebaran TBC.
"Kalau ketemu satu pasien TB jangan cuma mengobati dia saja, langsung investigasi kontak. Anak ini tinggal sama siapa, orang dewasa ini tinggal sama siapa, semua orang harus dites, diskrining sakit TB atau tidak dan harus benar-benar diobati," imbaunya.
Pilihan Editor: Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental