Endometriosis adalah kondisi menyakitkan yang terjadi di masa reproduktif, yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan di sepanjang uterus dan beberapa bagian di perut diluar uterus, seperti di ovarium. Gejala dari endometriosis diantarannya nyeri panggul yang parah, periode menstruasi yang berat, dan sakit kepala.
“Karena endometriosis cukup lumrah terjadi pada wanita di usia produktif, kami berharap penelitian ini bermanfaat bagi para wanita hamil yang membutuhkan perhatian khusus, agar mereka manjalani kehamilan yang normal dan melahirkan bayi yang sehat,” kata Dr. Henrik Falconer, peneliti dari Departmen Kesehatan Wanita dan Anak, Karolinska Institute, Stockholm, Swedia.
Falconer dan koleganya menganalisa data dari lebih 1,4 juta wanita Swedia yang melahirkan antara tahun 1992 hingga 2006 di Swedia. Mereka mengindentifikasi 13.090 kelahiran diantara 8.922 perempuan yang didiagosa dokter mengidap endometriosis. Falconer akan mempresentasikan hasil temuan mereka di konferensi European Society of Human Reproduction and Embryology, bulan dini di Amsterdam, Belanda. Hasil penelitian ini juga akan diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction, Juli 2009.
Ditemukan 5 dari 100 perempuan tanpa endometrioasis melahirkan secara prematur, yaitu sekitar 37 minggu kehamilan bukan seperti normalnya 40 minggu, hampir 7 dari 100 perempian dengan endometriosis melahirkan prematur. Ini berarti ada 33 persen risiko lebih besar kelahiran prematur pada perempuan yang mengidap endometriosis.
Perempuan dengan endometrioasis juga tampaknya lebih sulit untuk hamil dan membutuhkan teknologi untuk mengatasinya. Para peneliti juga menemukan melahirkan dengan bedah Caesar juga dua kali lebih mungkin terjadi pada perempuan degan endormetriosis dibanding yang tidak.
Risiko kelahiran prematur tetap tak berubah ketika perempuan menjalani atau tidak mendapatkan bantuan teknologi reproduksi untuk hamil seperti, ART, atau vitro fertilization. Karena diketahui ART bisa meningkatkan risiko perempuan melahirkan prematur.
Perempuan dengan endometriosis juga lebih mungkin menderita pre-eklampsia. Ini adalah kondisi yang potensial berbahaya yang terjadi pada trisemester kedua atau ketiga kehamilan. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dan kadar protein dalam urin. REUTERS