Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cara Nikita Willy Atasi Trauma Makan Anak

Reporter

image-gnews
Nikita Willy bersama suami dan anak sulungnya. Instagram.com/@nikitawillyofficial94
Nikita Willy bersama suami dan anak sulungnya. Instagram.com/@nikitawillyofficial94
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Selebritas Nikita Willy menjelaskan beberapa cara menghadapi anaknya saat mengalami trauma makan di rumah.

“Kita semua tahu kalau proses makan itu ada di meja makan. Jadi kalau peraturan di rumah saya, kita biasa makan di meja dan anak di high chair. Andai anak mau turun dari kursi, itu artinya proses makan selesai,” kata Nikita dalam HUT ke-70 IDAI di Jakarta, Sabtu, 22 Juni 2024.

Nikita Willy menuturkan anak pertamanya, Isa, sempat mengalami trauma makan usai melakukan perjalanan panjang bersama kakek dan neneknya di Jepang. Selama berada di sana, Isa diberikan banyak camilan enak. Kalau berhasil menyuapi Isa, kakek atau neneknya bahkan menyanyikan lagu dan memuji sang cucu. Alhasil setelah kembali ke tanah air, anaknya selalu menangis setiap duduk di kursi makan.

“Akhirnya anak saya jadi trauma. Saya tahu karena setiap diduduki di high chair, dia menangis, dia benci makan,” kisah Nikita.

Untuk menghilangkan trauma makan pada anak, Nikita melakukan reset week, sebuah cara untuk mendekatkan kembali makanan dengan anak selama satu minggu. Ia menjelaskan dalam waktu tersebut kembali mempelajari menu-menu makanan yang dapat membuat Isa tertarik untuk makan.

“Kemudian saya kembali ke jendela makan anak, jadi setelah dua setengah sampai tiga jam itu saya hanya kasih makan. Saya tidak suruh dia untuk makan, hanya berdiri di sampingnya,” ucapnya.

Nikita mengaku tidak memberikan komentar apapun agar sang anak tidak semakin trauma dan fokus memastikan Isa makan. Menurutnya, Isa akan makan saat lapar sebagaimana manusia pada umumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Alhamdulillah ini berhasil karena dia mengikuti rasa laparnya. Jadi saat lapar, dia makan tanpa henti,” katanya.

Jangan ada distraksi
Menanggapi hal tersebut, Ketua Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan penyakit Metabolik IDAI, Titis Prawitasari, mengatakan anggota keluarga seperti kakek dan nenek memang sering secara tidak sengaja berperan sebagai distraktor waktu makan anak. Hal ini perlu mendapat perhatian lebih melalui penanaman disiplin dan edukasi yang permisif. Selain anggota keluarga, hal lain yang dapat mendistraksi anak ketika makan adalah gawai dan aktivitas orang tua yang dilakukan di sekitar meja makan.

“Seringkali anak duduk di high chair, kita (orang tua) berkeliling. Makanya anak tidak ada contoh. Jadi bukan hanya gadget tapi orang di sekelilingnya bisa mendistraksi. Belum kalau tinggal di pinggir gang ada suara telolet, teriakan tukang ketoprak, dan lain sebagainya,” ujar Titis.

Ia menganjurkan para ibu mencegah terjadinya trauma makan lewat konsistensi penerapan pola makan, termasuk lebih sabar dalam mempraktikkannya kepada anggota keluarga lain. Selain itu, Titis juga menyarankan supaya waktu makan anak tidak diberikan dalam waktu yang panjang.

“Pastikan anak itu bukan makan harus di belakang, sunyi, senyap. Makan is makan, jadi tidak usah panjang-panjang durasinya. Cukup 20-30 menit it’s ok. Kalau sudah kenyang kita sudahi, nanti kasih lagi begitu dia lapar,” sarannya.

Pilihan Editor: Psikolog Bagi Saran Atasi Trauma setelah Kecelakaan

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


LPSK Minta Proses Hukum Kasus Kekerasan Seksual Anak di Singkawang Berjalan Adil dan Transparan

11 jam lalu

Komisioner Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Susilaningtias (kiri) dan Sri Suparyati (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan di Jakarta, Rabu, 22 Mei 2024. Foto: ANTARA/Laily Rahmawaty
LPSK Minta Proses Hukum Kasus Kekerasan Seksual Anak di Singkawang Berjalan Adil dan Transparan

Wakil Ketua LPSK Sri Suparyati mengingatkan agar tidak ada yang melakukan intervensi terhadap kasus tersebut.


Pola Makan Sehat Bisa Turunkan 3 Faktor Penyebab Stroke

21 jam lalu

Diskusi bertajuk Pendekatan terbaru untuk Mencegah Stroke/Sania Royale
Pola Makan Sehat Bisa Turunkan 3 Faktor Penyebab Stroke

Stroke dapat terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu karena terjadi penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.


Penculikan Anak Marak di Tangerang Selatan

3 hari lalu

Ilustrasi Penculikan Anak. shutterstock.com
Penculikan Anak Marak di Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan darurat aksi penculikan terhadap anak di bawah umur.


Kenali Pemicu Serangan Migrain, Ini Makanan yang Cocok Bagi Penderitanya

3 hari lalu

Ilustrasi wanita migrain atau sakit kepala. Freepik.com
Kenali Pemicu Serangan Migrain, Ini Makanan yang Cocok Bagi Penderitanya

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa makanan dan pola makan bisa berperan dalam mengelola migrain.


Mengenal Apa Itu Fatherless dan Dampaknya pada Anak

5 hari lalu

Ilustrasi fatherless. Foto: Canva
Mengenal Apa Itu Fatherless dan Dampaknya pada Anak

Apa itu fatherless? Istilah ini merujuk pada ketidakhadiran ayah dalam perkembangan anak. Berikut ini dampak buruknya.


3 Hal yang Dibutuhkan Anak agar Merasa Dicintai

5 hari lalu

Ilustrasi orang tua bermain dengan anak. Foto: Freepik.com/Jcomp
3 Hal yang Dibutuhkan Anak agar Merasa Dicintai

Terapis menjelaskan tiga hal yang dibutuhkan setiap anak untuk tumbuh dan merasa dicintai dan diterima oleh orang tuanya.


5 Cara Menghadapi Konflik Antara Orang Tua dan Anak Menurut Psikolog

6 hari lalu

Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Peoplecreations
5 Cara Menghadapi Konflik Antara Orang Tua dan Anak Menurut Psikolog

Menghadapi konflik antara orang tua dan anak bisa menjadi tantangan, tetapi dengan pendekatan yang tepat, hubungan dapat menjadi lebih kuat.


Punya Keluarga Toxic? Cek Ciri Berikut pada Anak

7 hari lalu

Ilustrasi Ibu dan Anak. Sumber: Getty/mirror.co.uk
Punya Keluarga Toxic? Cek Ciri Berikut pada Anak

Berikut ciri anak yang dibesarkan orang tua atau keluarga toxic, yang tampak dari perilakunya sehari-hari.


Komunikasi, Kunci Bangun Hubungan Positif Orang Tua dan Anak

7 hari lalu

Sulitnya Melakukan Komunikasi dengan Anak Praremaja (Depositphotos)/Tabloid Bintang
Komunikasi, Kunci Bangun Hubungan Positif Orang Tua dan Anak

Psikolog mengatakan pentingnya orang tua membangun komunikasi positif dengan anak agar bisa saling memahami.


Tips Atasi Konflik Orang Tua dan Anak dari Psikolog

7 hari lalu

Ilustrasi orang tua dan anak. Freepik.com
Tips Atasi Konflik Orang Tua dan Anak dari Psikolog

Perbedaan pendapat orang tua dan anak dapat berujung pada konflik yang jika tidak diselesaikan dengan tepat akan semakin berlarut-larut.