Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jogja Fashion Trend 2024, Desainer Diminta Tak Abaikan Pasar dan Buat Buat Busana Wearable

image-gnews
Sejumlah karya yang ditampilkan pada puncak perhelatan Jogja Fashion Trend 2024 Minggu (11/8). Tempo/Pribadi Wicaksono
Sejumlah karya yang ditampilkan pada puncak perhelatan Jogja Fashion Trend 2024 Minggu (11/8). Tempo/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Malam puncak perhelatan Jogja Fashion Trend (JFT) 2024 yang dipusatkan di Pakuwon Mall Sleman Yogyakarta berlangsung meriah, Minggu 11 Agustus 2024.Event yang digelar lima hari atau sejak 7 Agustus 2024 itu menampilkan karya dari 139 desainer berbagai daerah di Indonesia.

Pada malam puncak perhelatan itu, ribuan pengunjung tampak memadati venue utama para model beraksi dengan karya para desainer kenamaan yang terbagi dalam dua sesi. 

Sesi sore diisi pameran karya bertema Executive & Exclusive Show dari Afif Syakur dan Phillip Iswardono. Sedangkan sesi malam, menampikan tema Urban dan Mens Wear dengan desainer Elgan by Nyudi, Studio Nala by Larasati, AGB by Afif Grurub, dan lainnya. 

Busana yang Wearable

Desainer yang juga Creative Director JFT 2024 Phillip Iswardono dalam malam terakhir perhelatan itu menyerukan agar para desainer tak mengabaikan peluang pasar dalam menciptakan karya-karya fashion di masa mendatang.

"Kami mendorong para desainer mau melihat dan mengikuti pasar, ciptakan karya busana yang wearable (bisa dipakai)," kata Phillip, Minggu.

Menurut Phillip, sejak kebangkitan dunia fashion global delapan tahun terakhir, pasar membutuhkan karya-karya yang tak hanya indah saat dikenakan model di atas catwalk. Namun juga karya yang bisa mereka gunakan untuk mobilitas mereka dalam keseharian.

"Karena tak jarang, masih ada pula desainer yang membuat rancangan busana avant garde," kata dia.

Busana ini cenderung bersifat nyleneh, eksperimental, atau baru dikenalkan sesuai imajinasi desainer, sehingga rancangan itu tidak mudah dipakai atau pasarnya sangat terbatas. 

"Misalnya saja sekarang mungkin orang sudah jenuh dengan busana yang ketat, sulit dipakai, pasar mulai mencari busana yang lebih longgar dan easy going," kata dia.

Dalam ajang Jogja Fashion Tren, para desainer juga diedukasi soal pasar. 

Imajinasi Desainer

Meski diimbau tak mengabaikan pasar, Phillip melanjutkan, bukan berarti imajinasi desainer harus seragam dan tidak boleh berkembang. Jadi lewat ajang itu, para desainer juga diberi sesi untuk mengenalkan rancangan karya yang mereka imajinasikan akan menjadi tren pada dua tahun ke depan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Desainer itu juga harus bisa seperti layaknya forecaster (prakirawan cuaca), kira-kira cuaca atau tren ke depan seperti apa dengan melihat kebiasaan saat ini," kata dia.  

Dalam perhelatan pamungkas itu para desainer pun turut membidik tren atau kultur dunia yang dikombinasikan dengan potensi nusantara.

Misalnya Nyudi Dwijo Susilo, desainer yang menampilkan tema Seoul in the Sun mengungkapkan, karyanya yang diperagakan terinspirasi dari gaya atau penampilan anak-anak muda di Seoul, Korea Selatan saat musim panas tiba. Busana yang cenderung santai namun bisa sekaligus tampak elegan.

"Jadi saya membuat busana dengan unsur Korean Look yang menggunakan sentuhan batik motif kontemporer, terdiri dari celana, atasan dan luaran," kata Nyudi, Minggu.

Untuk material yang digunakan ia memanfaatkan kain batik cap serta linen dengan siluet tipe oversize.

"Desain busana anak muda ini saya kemas secara premium untuk memberi nilai lebih penggunanya, " kata dia.

Wastra Nusantara

Project Director Jogja Fashion Trend 2024 Afif Syakur mengatakan event ini didorong menciptakan berbagai macam busana yang cocok dipakai untuk berbagai keperluan, mulai dari kebaya, busana sehari-hari hingga busana pesta. Alhasil, para desainer pun tergerak menggali potensi wastra di Tanah Air.

"Keanekaragaman karya yang ditampilkan para desainer di ajang ini sekaligus menjadikan Yogyakarta sebagai pintu gerbang pertemuan aneka wastra Nusantara," kata dia.

Pilihan Editor: Jogja Fashion Trend, Ajang Desainer Lokal Bidik Pasar Turis Asing

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Wisatawan Padati Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

11 jam lalu

Para abdi dalem Keraton Yogyakarta membagikan hasil bumi gunungan dalam Gerebeg Maulud di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Senin 16 September 2024. Dok.istimewa
Wisatawan Padati Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

Ribuan wisatawan memadati jalannya prosesi Garebeg atau Grebeg Maulud yang digelar Keraton Yogyakarta Senin 16 September 2024.


Libur Panjang Maulid Nabi, Arus Lalu Lintas ke Destinasi Kota Yogyakarta Dipadati Wisatawan

1 hari lalu

Kepadatan kendaraan di area jalan menuju Taman Sari Keraton Yogyakarta Minggu (15/9). Tempo/Pribadi Wicaksono
Libur Panjang Maulid Nabi, Arus Lalu Lintas ke Destinasi Kota Yogyakarta Dipadati Wisatawan

Libur panjang akhir pekan Maulid Nabi berhasil mendongkrak kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.


Long Weekend Maulid Nabi, Okupansi Hotel Baru di Yogyakarta Turut Melonjak

1 hari lalu

Ilustrasi kamar hotel. Freepik.com/Jannoon028
Long Weekend Maulid Nabi, Okupansi Hotel Baru di Yogyakarta Turut Melonjak

Para pelaku perhotelan Yogyakarta berharap bisa menaikkan okupansi mereka setelah pada Agustus lalu sempat drop di bawah target.


Besok Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Begini Prosesi dan Aturannya

1 hari lalu

Ratusan warga antusias berebut gunungan Grebeg Maulud yang digelar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Halaman Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Kamis (28/9/2023).  (ANTARA/Luqman Hakim)
Besok Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Begini Prosesi dan Aturannya

Sebelum Grebeg Maulud ini digelar, Keraton Yogyakarta menggelar prosesi awalan mulai dari Miyos Gangsa, Numplak Wajik, dan Kondur Gangsa.


Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

2 hari lalu

Awan panas guguran Gunung Merapi, Minggu 17 Agustus 2024, pukul 12.27 WIB. Dok. BPPTKG Yogyakarta
Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

Meski masih aktif meluncurkan awan panas dan lava pijar, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari.


Akhir Pekan, Ada Simfoni Gumuk Pasir di Pantai Selatan Bantul

3 hari lalu

Gumuk Pasir di Parangtritis (geoparkjogja.jogjaprov.go.id)
Akhir Pekan, Ada Simfoni Gumuk Pasir di Pantai Selatan Bantul

Simfoni Gumuk Pasir bukan hanya sekadar festival musik, tetapi juga perayaan seni, alam dan budaya.


Wisatawan Bisa Belanja Cendera Mata Pasar Beringharjo Yogyakarta di Marketplace

3 hari lalu

Wisatawan berjubel di depan Pasar Beringharjo. Mereka masih menikmati Kota Yogyakarta pada awal tahun, Rabu, 1 Januari 2020. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Wisatawan Bisa Belanja Cendera Mata Pasar Beringharjo Yogyakarta di Marketplace

Pasar Beringharjo yang menjadi surganya wisatawan berburu produk kerajinan di Yogyakarta kini hadir di marketplace.


Bakal Dipindahkan ke Lokasi Baru, PKL Malioboro Siap Mengadu ke UNESCO

4 hari lalu

Aksi PKL Teras Malioboro 2 memprotes rencana relokasi yang akan dilakukan Pemda DIY di Jalan Malioboro Yogyakarta Rabu (11/9). Tempo/Pribadi Wicaksono
Bakal Dipindahkan ke Lokasi Baru, PKL Malioboro Siap Mengadu ke UNESCO

Kawasan Malioboro tempat PKL berjualan merupakan bagian dari Sumbu Filosofi Yogyakarta, salah satu warisan budaya dunia UNESCO.


Di Kafe Ini, Tamu Bisa Menyeruput sembari Belajar tentang Kopi dari A sampai Z

4 hari lalu

Suasana kafe yang juga merangkap akademi kopi di Talabumi Coffee Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Di Kafe Ini, Tamu Bisa Menyeruput sembari Belajar tentang Kopi dari A sampai Z

Kafe di Bantul ini memiliki kelas untuk belajar segala hal tentang kopi dari A sampai Z, dari manajerial sampai rantai pasok.


Kembali ke Jalan, PKL Malioboro Desak Pemda Yogya Buka Dialog Atau Diadukan ke UNESCO

4 hari lalu

Para PKL yang menempati Teras Malioboro 2 menggelar aksi di halaman Kantor Gubernur DIY Kepatihan Yogyakarta Jumat 3 Agustus 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kembali ke Jalan, PKL Malioboro Desak Pemda Yogya Buka Dialog Atau Diadukan ke UNESCO

Aksi ini merupakan bentuk protes para PKL Teras Malioboro 2 terhadap rencana relokasi sepihak yang akan dilakukan Pemda DIY pada awal 2025.