TEMPO.CO , Jakarta - R.A. Kosasih, yang wafat dalam usia 93 tahun pada Rabu lalu. Sedikitnya ada 100 buku komik yang pernah dibuat Kosasih semasa hidupnya.
Seluruh karyanya memiliki sejarah panjang yang merentang sejak 1953. Muncul dengan berbagai genre, seperti superhero, komik wayang, folklor, fiksi ilmiah, dan petualangan. Sebelum itu, pria yang lahir di Bogor pada 4 April 1919 itu mengambil posisi yang sama laiknya para komikus yang lahir pada zamannya: bekerja sebagai komikus strip di koran-koran.
Inilah kisah perjalanan Kosasih:
1939
* Kosasih melamar sebagai juru gambar, membuat ilustrasi buku-buku terbitan Departemen Pertanian Bogor. Di sela kesibukannya bekerja sebagai juru gambar, ia juga bekerja sebagai pelukis komik di harian Pedoman Bandung.
* Komik serial pertamanya diluncurkan. Tokoh utamanya adalah wanita superhero: Sri Asih. Lalu berlanjut dengan serial Siti Gaharadan Sri Dewi.
* Omzet hasil penjualan komik Kosasih turun setelah Lekra menuding komik-komiknya mencerminkan budaya kebarat-baratan.
* Membanjirnya komik Cina membuat Kosasih dan rekan-rekannya melahirkan komik yang mengangkat cerita klasik lokal, seperti Mundinglaya Dikusuma dan Ganesha Bangun.
1953
Kosasih mendapat gagasan untuk menggambar komik wayang. Tapi, gagasan itu ditolak penerbitnya, Melodi. Penolakan itu tidak membuatnya putus asa. Ia mencoba mengomikkan kisah wayang Burisrawa Merindukan Bulan. Dan ternyata laku keras. Reaksi pasar yang baik mendorong Kosasih mengembangkan ide-ide komik wayang, dari kisah-kisah klasik Mahabharata dan Ramayana.
1955
Karena permintaan melukis komik semakin meningkat, Kosasih memutuskan berhenti dari pekerjaannya di Departemen Pertanian. Kosasih sempat beralih ke komik superhero, seperti Kala Denda. Tapi, kostum, gerak-gerik tokoh, serta dialognya masih terpengaruh wayang.
1960-an
* Terjadi perubahan manajemen penerbit Melodi yang membuat nafkah Kosasih hanya bergantung pada royalti cetak ulang.
* Ia kembali diminta bekerja lagi di Departemen Pertanian. Tawaran itu diterima, meski hanya bertahan beberapa bulan.
* Satu-satunya kreasi baru Kosasih pada masa ini adalah serial Cempaka, Tarzan wanita versi Indonesia.
1964
Kosasih pindah ke Jakarta. Melalui penerbit UP Lokajaya, Kosasih menerbitkan serial Kala Hitam dan Setan Cebol.
1967
Serial Ramayana diterbitkan kembali. Kosasih diminta menggambar ulang serial yang pernah ia buat sebelumnya.
1968
* Kesehatan Kosasih menurun. Selama hampir setahun, ia tidak menyentuh pen dan tinta cina. Karena merasa tak tenteram di Jakarta, Kosasih kembali ke Bogor.
* Di tengah masa suramnya, serial komik Mahabharata dan Ramayana diterbitkan kembali oleh penerbit Maranatha di Bandung. Namun tidak terlalu diminati pasar.
* Kosasih sempat mengubah gaya penyajian komiknya (lebih banyak teks) lewat serial Egul Mayangkara, lantaran para komikus dituding menurunkan minat baca kalangan pelajar.
* Produktivitas Kosasih mulai menurun seiring membanjirnya komik impor.
RIKY FERDIANTO