TEMPO.CO, Jakarta - Dua pengajar Universitas Airlangga, Prof Dr Djoko Purwanto Apt MSi dan Dr Retno Pudji Rahayu, drg, MKes, bekerja sama meneliti teh hijau. Bedanya, sementara Djoko meneliti efek teh hijau pada pencegahan dan pengobatan kanker, Retno meneliti dampaknya pada pengobatan AIDS/HIV. Pada literatur di dunia penelitian, selain anti kanker, EGCG juga memiliki kemampuan antifungi dan antivirus.
Retno menjelaskan, di dalam HIV terdapat beberapa komponen reseptor glikoprotein (GP). "Nah saya baru mencoba penelitian terhadap GP 120 dan GP 41 yang ada pada permukaan membran virus (envelope)," katanya pekan lalu. (Baca: Obat Tulang Tekan Risiko Kanker)
Teh, kata Retno, diekstraksi menjadi dua bentuk. Pertama, hanya diambil EGCG-nya. Sedangkan kedua, tetap dalam bentuk ekstrak. Hasil ekstraksi ini lalu diujicobakan pada kultur HIV. Hasilnya, ekstrak teh hijau mampu menghilangkan virus yang terdapat dalam kultur, sehingga sel virusnya tidak bisa masuk. "Berarti dia bisa menghambat ikatan protein atau, singkatnya, menghilangkan HIV ini," katanya.
Selain menguji coba ekstrak teh dengan kultur HIV, ia juga menguji cobanya pada sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (CD4). Hasilnya pun serupa. Ekstrak teh ini mampu mempengaruhi komponen-komponen dalam virus. Golongan katekin (EGCG), kata Retno, mudah bereaksi dengan protein. "Karena GP 120 diikat, virusnya enggak bisa masuk," ucapnya.
Karena virus memiliki banyak komponen, dia mengaku memiliki banyak pekerjaan rumah agar hasil penelitiannya optimal. "Kami akan coba ke komponen virus selain GP 120 dan GP 41. Saya ingin meneruskan ini ke komponen yang lain dalam teh hijau, yaitu theaflavin." (Baca juga: 4 Gejala Kanker Pada Perempuan)
ARTIKA RACHMI FARMITA
Terpopuler:
Kenali Gangguan Ruam Bayi Anda
Sepanjang 2014, Kejahatan Terhadap Anak Meningkat
Obat Tulang, Tekan Risiko Kanker
Resep Gingerbread, Hantaran Manis untuk Natal
Masakan Rumahan di Galeri Seni Kolonial