TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh Fatwa Ramadan melenting ke udara dan berputar. Lalu, kedua kakinya menjejak tanah tanpa menimbulkan suara. Ia melakukan gerakan itu berulang kali. Melompat dan berputar-putar. "Ini salah satu contoh teknik tendangan dari taekwondo," kata pemuda berusia 20 tahun itu ketika ditemui saat sedang berlatih di Taman Suropati, Menteng, Jakarta, Senin pekan lalu.
Fatwa serius menggeluti gerakan seni bela diri ini sejak Maret lalu. Satu gerakan yang dilakukannya itu disebut tricking. Memiliki hobi sama dengan teman sebayanya Ken William, mereka pun mendirikan komunitas Tricking Jakarta.
Tricking bermakna menipu atau melakukan trik. Definisi itu terus berubah ketika tricking berkembang di Eropa dan Amerika. Intinya, gerakan bela diri ini memasukan unsur wushu, capoeira, dan taekwondo.
Konsep tricking telah ada untuk waktu yang lama, tetapi tidak memiliki nama. Di Indonesia, komunitas tricking tumbuh pesat di Yogyakarta lewat komunitas Skywalker sebagai pelopor. (baca juga: Komunitas Gotham Ada di Jakarta)
Dalam demonstrasinya, kata Ken, para tricker biasanya melakukan front flip, moon kick, butterfly twist, round of back flip, round Arabian, 360 kick atau narabong, dan banyak lagi. "Gerakan salto dan tendangannya lebih akrobatik," kata Fatwa.
Ada dua macam tricker. Orang dengan latar belakang seni bela diri dan orang biasa tanpa latar belakang seni bela diri. Fatwa sendiri mengaku awalnya tertarik dengan tricking dari video di YouTube. Tidak ada orang yang mengajarnya. Ia hanya menonton dan mencoba untuk meniru apa yang dilihatnya. Karena ia menggeluti olahraga taekwondo, Fatwa mengaku tidak kesulitan menguasai gerakan tricking.
Menurut Ken, tidak ada kriteria khusus bentuk fisik yang dibutuhkan untuk belajar tricking. Akan tetapi ketika bermanuver di udara untuk membalik dan memutar itu perlu kaki yang kuat serta fleksibilitas. Yang penting lagi adalah menikmati gerakan akrobatik di udara yang menantang gravitasi. "Rasanya seperti jatuh dari langit," kata Fatwa yang juga merupakan figuran di sinetron.
Jay, personil Tricking Jakarta yang baru belajar, mengatakan bahwa melakukan trik seperti back flip harus mengalahkan rasa takut. Secara umum memang orang akan takut ketika melompat di udara. Rasa takut itu perlahan hilang seiring kesadaran mengendalikan tubuh muncul dan seseorang akan bisa melakukan apa yang diinginkan. "Peregangan sangat penting,” kata Jay, pelajar berusia 17 tahun.
Menurut Jay, sebagai seorang pemula, tricker harus siap merasa sakit di tempat-tempat yang belum pernah terasa sebelumnya. Misalnya, otot paha bagian belakang, betis, juga leher dan tangan. "Ini hanya soal ketekunan berlatih dan keberanian," kata Fatwa. Jay sendiri butuh sebulan untuk bisa melakukan gerakan salto ke belakang dan ke depan. (baca juga: FoodMonster, Komunitas Berbagi Resep)
HERU TRIYONO
Terpopuler:
Kamar Mandi Ini Bisa Bernyanyi
Teh Hijau Lokal Juga Bisa Mencegah HIV
Menangkal Kanker dengan Teh Hijau Lokal
Tetap Sehat Saat Liburan
Interior Kantor Gereja Ini Dirancang Ceria
Masakan Rumahan di Galeri Seni Kolonial