Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Filosofi Naskah Kuno dalam Selembar Batik

image-gnews
Ilustrasi kain batik. Shutterstock
Ilustrasi kain batik. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Lembaran batik tulis bermacam motif dalam naskah kuno Puro Pakualaman ditunjukkan kepada peserta simposium. Motifnya kaya filosofi sesuai gambar dan teks naskah Jawa kuno itu. Misalnya batik motif parang ceplok Wilayan Kusumajana, yang berupa bunga Wijayakusuma. Motif ini berasal dari naskah Sestradisuhul dan Babar Palupyan. “Naskah ini bicara tentang orang yang tahan hinaan dan tidak tinggi hati karena pujian akan tumbuh menjadi manusia unggul seperti bunga Wijayakusuma,” kata Gusti Kangjeng Bendara Raden Ayu Paku Alam X.

Ada pula motif batik Sestra Lukita. Motifnya mengambil ajaran dari Serat Rama, Arjunawijaya, Kempalan Dongeng, Babar Palupyan. Filosofinya menggambarkan 21 sikap baik dan buruk. Ajaran Sestradi berasal dari Paku Alam I yang berisi 21 sifat baik dan 21 sifat buruk manusia. Sifat baik diantaranya sabar, narimo (menerima), kuat, nalar, bener (benar). Sedangkan sifat buruk di antaranya dengki, leson (malas), dengki.

Batik beraneka motif itu ditunjukkan GKBRAy Paku Alam X melalui sejumlah model dalam simposium rangkaian Jogja International Batik Biennale di Hotel Royal Ambarrukmo, 13 Oktober 2016. Acara itu berlangsung pada 12-16 Oktober. GKBRAy bicara tentang manuskrip sebagai sumber penciptaan batik di Puro Pakualam.

Simposium itu juga menghadirkan pembicara yakni desainer pewarna alam dari Malaysia, Edric Ong. Dia membahas gaya hidup yang peduli lingkungan. Ada pula Tatyana Agababaeva, seniman batik dari Azerbaijan dan pecinta batik asal Jerman, Annegret Haake yang jatuh cinta pada batik Indonesia.

GKBRAy Paku Alam X mengatakan naskah kuno peninggalan Paku Alam 1 hingga Paku Alam 5 punya banyak makna filosofi. Naskah kuno berbahasa Jawa tahun 1830-an itu disimpan di Puro Pakualaman. GKBRAy Paku Alam X mengatakan ia bersama tim dari perpustakaan Puro Pakualaman mengambil inspirasi dari naskah kuno yang kemudian dituangkan dalam batik. “Kami pelajari naskah, apa artinya, dan filosofinya,” kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

GKBRAy mulai membatik pada tahun 2010. Puluhan batik yang diciptakan di Puro Pakualaman, kata dia kebanyakan merupakan batik tradisional Jawa klasik. Batik itu berlatar parang, batik jenis ini biasanya dikenakan para bangsawan. Ada pula batik berlatar beras wutah. Selain kain batik, dia juga menciptakan taplak meja dan tarian batik.

Pecinta batik asal Jerman, Annegret Haake, mengatakan selama melakukan perjalanan ke Indonesia, ia mengkoleksi batik klasik dan batik baru atau kontemporer. Dia lalu memamerkannya di banyak tempat, kebanyakan di Jerman. Pameran yang pertama di Frankfurter Sparkasse pada 1976. “Saya bersama Dati dan Hani Winotosastro mengorganisasi pameran yang didukung Kedutaan Besar Indonesia di Jerman,” kata Annegret.

Annegret datang ke Indonesia pertama kali pada 1970 dan mengunjungi banyak tempat. Di antaranya Yogyakarta. Dalam perjalanannya, ia membeli batik Jawa dari Batik Winotosastro di Yogyakarta.

SHINTA MAHARANI

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

17 jam lalu

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi (KPH Aksi Yogyakarta) melaporkan Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta Singgih Rahardjo karena dugaan sejumlah pelanggaran jelang masa pemilihan kepala daerah atau pilkada. Tempo/Pribadi Wicaksono
Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman


Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

8 hari lalu

Ratusan perempuan mengikuti event lari Mbok Mlayu di Kota Yogyakarta pada Hari Kartini 2024. Dok.istimewa
Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

12 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

23 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

27 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

47 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

53 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

54 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

59 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

27 Februari 2024

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.