TEMPO.CO, Jakarta -Dokter Spesialis Paru Departemen Pulmonologi Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia Rumah Sakit Persahabatan, Agus Dwi Susanto, mengatakan asap kebakaran sangat berbahaya, bahkan bisa menyebabkan kematian jika terhirup.
"Asap kebakaran mengandung komponen gas, partikel yang kecil, dan suhu panas," kata Agus kepada Tempo, Kamis malam, 19 Januari 2017.
Agus menjelaskan jika komponen partikel dari asap kebakaran terhirup atau masuk ke saluran napas, akan menyebabkan iritasi di kulit, mukosa, hingga inspeksi saluran pernapasan atas dan bawah. "Kerusakan pada saluran napas," ujarnya yang juga menjadi Konsultan Penyakit Paru dan Lingkungan.
BACA JUGA :Penelitian Baru:Salmonela Atasi Tumor Otak Tanpa Operasi
Akibatnya, Agus melanjutkan, akan menyebabkan peradangan dan pembekakan saluran napas. Peradangan ini membuat batuk, gatal di hidung, dan radang tenggorokan.
"Kalau sudah sampai pada pembengkakan, akan menyebabkan penyempitan saluran napas dan membuat sesak napas," kata dokter yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Persatuan Dokter Paru Indonesia.
Suhu yang panas dari asap kebakaran juga dapat menyebabkan kerusakan saluran napas. "Ini juga memicu peradangan," kata Agus.
Adapun, komponen gas dari hasil pembakaran yang jika terhirup dapat menyebabkan asfiksi dan iritan atau iritatif. "Iritasi ini membuat kerusakan pada mukosa hingga saluran pernapasan pada jaringan paru," ujarnya. Hal ini dapat menganggu masuknya oksigen.
Namun, yang paling berbahaya adalah asfiksi--gangguan dalam pengangkutan oksigen akibat gas rancun yang ditimbulkan dari asap kebakaran. Hal ini akan membuat seseorang mengalami asfiksia atau suatu kondisi di mana seseorang mengalami kekurangan oksigen. "Jika terhirup, gas yang bersifat asfiksian ini yang mematikan," kata Agus.
Sebab, Agus menjelaskan asfiksia membuat jumlah oksigen berkurang. Hal ini menyebabkan seseorang haus akan oksigen. "Sehingga, menyebabkan kematian," ujarnya.
AFRILIA SURYANIS
BACA JUGA :
Kopi Membahayakan Jantung? Mitos atau Fakta?
Mulut Kering Jangan Dianggap Remeh, Kenapa?