TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah perokok remaja yang terus meningkat membuat Kementerian Kesehatan terus mendorong peningkatan kawasan tanpa rokok (KTR) melalui konsistensi kebijakan di kabupaten/kota.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan sinergi lintas sektoral sangat dibutuhkan untuk mengkampanyekan tidak merokok bagi anak-anak. Menurutnya, dampak buruk yang ditimbulkan oleh rokok tidak hanya merugikan sektor kesehatan, tetapi mengakar pada pembangunan nasional secara keseluruhan.
"Kita ingin bangsa kita menjadi kuat dan bisa bersaing dengan negara lain. Ini dimulai dari anak-anak kita," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa, 16 Mei 2017.
Kementerian Kesehatan baru-baru ini bersinergi dengan Tobacco Control Support Center (TCSC) dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dalam menyelenggarakan The 4th Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) dengan harapan menghasilkan solusi bagi masalah yang ditimbulkan akibat merokok.
Nila menjelasnkan lebih dari 36 persen penduduk Indonesia saat ini dikategorikan sebagai perokok. Di antara remaja usia 13-15 tahun, terdapat 20 persen perokok, 41 persen di antaranya adalah laki-laki dan 3,5 persen perempuan. Ada yang mulai merokok pada usia yang bahkan sangat dini, yakni 5-9 tahun.
"Ini merupakan suatu hal yang patut kita perhatikan karena keterkaitannya dengan kesehatan untuk selanjutnya," kata Nila.
Dia menuturkan dengan bonus demografi pada 2030, Indonesia perlu menyiapkan sumber daya manusia yang sehat. Bonus demografi menurutnya harus menjadi kekuatan Indonesia dengan SDM yang berkualitas.
"Kalau ini tidak kita jaga, bukan bonus yang kita dapatkan tapi justru bencana. Peluang ini hanya sekali di dalam suatu negara. Jadi saya kira ini perlu diperhatikan bahwa kita betul-betul menginginkan SDM yang berkualitas agar negara kita menjadi negara yang maju dan kuat," tambahnya.
Artikel lain:
Tak Ada Alasan Lagi Menolak Kondom, Simak Penjelasannya
Bagian Tubuh Mana yang Pertama Dibersihkan? Itulah Kepribadianmu
4 Mitos Pakai Kondisioner, Bikin Rambut Berminyak dan Lepek?