Alami Marah Berlebih? Mungkin Gangguan Eksplosif Intermiten

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Jumat, 13 Oktober 2017 14:05 WIB

Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Berita tentang tiga anggota Brimob yang tewas karena ditembak menimbulkan polemik baru. Meskipun kejadian tersebut dianggap karena masalah pribadi, tidak bisa dihindari bahwa ada masalah psikologis dalam peristiwa nahas tersebut.

Orang-orang yang tergabung dalam kepolisian atau angkatan bersenjata seluruh dunia kerap disebut sebagai pribadi yang kuat baik secara fisik dan mental. Namun, dikutip dari laman Aljazeera pada Maret 2014, lebih dari seperempat tentara Amerika Serikat terdeteksi mengidap penyakit jiwa, seperti depresi dan gangguan panik. Akibatnya, 8 persen dari mereka berakhir dengan bunuh diri.

Mereka yang berisiko bunuh diri juga memiliki riwayat kemarahan berlebihan atau kemarahan impulsif, sebuah kondisi mental yang dikenal sebagai "gangguan eksplosif intermiten". Gangguan mental ini juga dialami masyarakat sipil. Baca: Pengaruh Kesehatan Jiwa di Dunia Kerja, Diskusikan dengan Bos

Menurut laman Mayo Clinic, gangguan eksplosif intermiten adalah gangguan kemarahan dengan episode kekerasan impulsif, agresif, perusakan barang, atau ledakan verbal yang berulang-ulang dan secara berlebihan. Itu berdampak negatif pada hubungan, pekerjaan, dan sekolah. Mereka juga dapat memiliki masalah hukum dan finansial.

Gejala ini bisa berlanjut selama bertahun-tahun, meski tingkat keparahan ledakan bisa menurun seiring bertambahnya usia. Stres yang berkembang sebagai akibat dari gangguan mood lain bisa meningkatkan potensi seorang prajurit memikirkan soal bunuh diri. Baca: Tempat Kerja Jauh Picu Gangguan Jiwa, Cek 3 Solusinya

Dikutip dari laman Aljazeera, Ronald Kessler, sosiolog di Universitas Harvard, menuturkan solusinya tidak sesederhana hanya dengan mengeluarkan orang-orang dengan penyakit jiwa tersebut dari satuan militer atau kepolisian. Namun dengan memberikan penanganan yang tepat kepada para prajurit yang menderita gangguan jiwa itu.

Kembali ke laman Mayo Clinic, cara mengobati gangguan eksplosif intermiten adalah melalui psikoterapi dan penggunaan obat-obatan yang mengandung antidepresan.

RENDRAWATI | MT

Berita terkait

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Depan Rumah Warga

1 hari lalu

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Depan Rumah Warga

Seorang suami memutilasi istrinya. Pelaku diduga mengalami gangguan jiwa.

Baca Selengkapnya

3P Ciri Orang Alami Gangguan Jiwa, Ini yang Perlu Dilakukan

5 hari lalu

3P Ciri Orang Alami Gangguan Jiwa, Ini yang Perlu Dilakukan

Psikiater menyebut ciri-ciri orang dengan gangguan jiwa yang butuh pertolongan medis. Ciri-ciri gangguan jiwa itu diistilahkan dengan 3P.

Baca Selengkapnya

Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

9 hari lalu

Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang membuat orang ingin terus mengumpulkan barang hingga menumpuk.

Baca Selengkapnya

Gejala Awal Orang dengan Gangguan Jiwa yang Perlu Diperhatikan

18 Februari 2024

Gejala Awal Orang dengan Gangguan Jiwa yang Perlu Diperhatikan

Psikolog mengatakan umumnya gejala awal orang dengan gangguan jiwa ialah perubahan emosi maupun perilaku yang mendadak dan cenderung ekstrem.

Baca Selengkapnya

Psikolog Ungkap 3 Penyebab Orang Alami Gangguan Jiwa

17 Februari 2024

Psikolog Ungkap 3 Penyebab Orang Alami Gangguan Jiwa

Psikolog menjelaskan ada tiga faktor penyebab gangguan jiwa, mulai dari keturunan hingga paparan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Jangan Minta ODGJ yang Baru Pulih Hidup seperti Dulu atau Kondisinya akan Memburuk Lagi

16 Februari 2024

Jangan Minta ODGJ yang Baru Pulih Hidup seperti Dulu atau Kondisinya akan Memburuk Lagi

Jangan menuntut ODGJ yang sudah dinyatakan pulih dengan obat untuk kembali hidup sempurna. Ini yang perlu dipahami keluarga pasien.

Baca Selengkapnya

Caleg Stres dan Depresi karena Gagal di Pileg 2024, Begini Penanganannya

14 Februari 2024

Caleg Stres dan Depresi karena Gagal di Pileg 2024, Begini Penanganannya

Apa saja layanan psikologis yang disediakan sejumlah rumah sakit melayani para caleg stres dan depresi akibat gagal dalam Pileg 2024?

Baca Selengkapnya

Psikiater Ingatkan Hasil Pemilu 2024 Bisa Picu Gangguan Mental pada Pemilik Komorbid

13 Februari 2024

Psikiater Ingatkan Hasil Pemilu 2024 Bisa Picu Gangguan Mental pada Pemilik Komorbid

Psikiater menuturkan gangguan mental setelah Pemilu 2024 dapat memperparah kondisi pemilik komorbid. Ini yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Risiko Caleg Stres dan Alami Gangguan Jiwa Setelah Gagal Terpilih di Pemilu 2024

8 Februari 2024

Risiko Caleg Stres dan Alami Gangguan Jiwa Setelah Gagal Terpilih di Pemilu 2024

Menjelang Pemilu 2024, beberapa kota termasuk DKI Jakarta dan Cianjur sediakan layanan kesehatan jiwa bagi caleg stres karena gagal terpilih.

Baca Selengkapnya

RSKD Duren Sawit Jadi Rujukan untuk Caleg Alami Stres dan Gangguan Jiwa di Pemilu 2024, Ini Profilnya

8 Februari 2024

RSKD Duren Sawit Jadi Rujukan untuk Caleg Alami Stres dan Gangguan Jiwa di Pemilu 2024, Ini Profilnya

Dinkes DKI Jakarta mengantisipasi penanganan caleg alami gangguan jiwa pasca Pemilu 2024, rujukan di RSKD Duren Sawit.

Baca Selengkapnya