Raih PhD di Usia 27 Tahun, Intip Pola Asuh Orang Tuanya

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 13 November 2017 19:43 WIB

peneliti perempuan pemenang penghargaan L'Oreal - UNESCO FOr Women in Science 2017/Tabloid Bintang

TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua tentunya ingin agar putra putri mereka berhasil dalam hal pendidikan. Sayang tidak banyak yang mengetahui langkah konkret apa yang harus ditempuh. "Memasukkan anak ke sekolah terbaik tidaklah cukup," kata salah satu peneliti perempuan pemenang penghargaan penelitian dari L'Oreal - UNESCO For Women in Science 2017, Retno Wahyu Nurhayati, di Kemenristek Dikti, Jakarta, Kamis 9 November 2017.

Wanita berusia 29 tahun ini menceritakan kisahnya. Retno mengaku meraih gelar PhD pada usia yang sangat muda, yakni 27 tahun. PhD adalah gelar yang diberikan kepada mereka yang berhasil menyelesaikan pendidikan strata 3 (doktoral atau sering disebut dengan ”S3” di Indonesia). PhD merupakan gelar internasional yang berupa singkatan dari Doctor of Philosophy.

Retno mengatakan prestasinya itu tidak lepas dari dukungan kedua orang tuanya dalam hal pendidikan, sejak usianya sangat kecil. "Jadi bapak dan ibu saya, tidak memberikan harta, tapi bisa ngasih pendidikan yang baik," buka Retno, gadis kelahiran Sragen, Jawa Tengah, tahun 1988. "Kita itu tiap pulang sekolah bukannya ditanya tadi kamu main sama siapa, tapi ditanya ada PR enggak? Ada yang bisa dibantu gak?" lanjutnya. Baca:
Kasus Dokter Letty, ini Gejala Hubungan Suami-Istri Bermasalah

Dan setiap kali Retno serta empat orang adiknya butuh belajar fokus, misalnya saat akan menghadapi ujian, situasi di rumah dipastikan kondusif. "Pasti mengondisikan biar kita bisa belajar. Dibeliin makanan yang bergizi, suka ditanya ada kesulitan enggak, dibantuin bikin soal atau tanya jawab. Jadi sangat mendukung dalam hal pendidikan," kata Retno yang menyelesaikan pendidikan S1 di Institut Pertanian Bogor.

Setelah sang ayah meninggal saat dirinya masih duduk di bangku SMP, otomatis ibunya yang berprofesi guru menjadi satu - satunya pendukung dalam hal pendidikan. Tidak hanya berhasil menghantarkan Retno meraih gelar PhD di Jepang, tapi juga memasukkan keempat adik Retno ke bangku perguruan tinggi. "Adik - adik sudah kuliah semua," kata Retno yang membebaskan cita - cita adiknya. "Tapi terserah mereka mau jadi apa, tidak harus jadi peneliti." Baca: Alkohol Picu Kanker Mulut, Tenggorokan, Kerongkongan, dan Hati

Retno melakukan penelitian tentang sel punca yang disebut-sebut sebagai masa depan penyembuhan tubuh. Selama ini kebutuhan sel punca untuk medis sangat tinggi. Sayangnya masih sulit mendapatkan donor sel punca karena jumlahnya terbatas. Dalam penggunaannya pun, sel punca membutuhkan protein supaya sesuai dengan tubuh penerima.

Untuk itulah, mantan asisten profesor di Universitas Osaka, Jepang ini, akan membuat semacam ’packaging’ di dalam tubuh untuk membantu proses penerimaan protein agar tak bertolak belakang. Dengan cara ini sel-sel protein mudah masuk ke dalam tubuh sehingga dosis sel yang ditransplantasikan turun.

TABLOID BINTANG

Berita terkait

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

1 hari lalu

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

IOM merupakan organisasi internasional pertama yang menerima Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

2 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

2 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Inovasi ID FOOD Raih Penghargaan Digital Technology Award 2024

4 hari lalu

Inovasi ID FOOD Raih Penghargaan Digital Technology Award 2024

Sejumlah inovasi ID FOOD mendapat apresiasi dari pelaku teknologi informasi di Tanah Air karena efektif mendukung aktivitas bisnis pangan.

Baca Selengkapnya

Wartawan Perang Semyon Yeryomin Dapat Penghargaan dari Moskow

4 hari lalu

Wartawan Perang Semyon Yeryomin Dapat Penghargaan dari Moskow

Wartawan Semyon Yeryomin gugur akibat serangan drone Ukraina pada akhir pekan lalu. Dia mendapat penghargaan dari Moskow

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Sosiolog Ungkap Masalah yang Masih Dialami Perempuan

7 hari lalu

Hari Kartini, Sosiolog Ungkap Masalah yang Masih Dialami Perempuan

Hari Kartini merupakan momentum refleksi masih banyak persoalan terkait perempuan dan anak. Ini harapan sosiolog.

Baca Selengkapnya

13 Bom di Jakarta Menerima Penghargaan Ho Chi Minh City International Film Festival

9 hari lalu

13 Bom di Jakarta Menerima Penghargaan Ho Chi Minh City International Film Festival

Film 13 Bom di Jakarta menerima dua penghargaan bergengsi dari Ho Chi Minh City International Film Festival

Baca Selengkapnya

Mengenal Ragam Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan TNI

9 hari lalu

Mengenal Ragam Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan TNI

Gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan TNI memiliki makna yang berbeda. Berikut adalah penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Bintang Jalasena, Penghargaan TNI AL yang Berjiwa Kesatria

9 hari lalu

Mengenal Bintang Jalasena, Penghargaan TNI AL yang Berjiwa Kesatria

Tak hanya prajurit TNI AL, Bintang Jalasena juga diberikan kepada WNI bukan prajurit, bahkan WNA yang telah berjasa.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

10 hari lalu

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?

Baca Selengkapnya