TEMPO.CO, Jakarta - Pembunuhan dokter Letty oleh sang suami, dokter Helmi masih menjadi buah bibir di masyarakat. Psikolog Tika Bisono menduga ada masalah yang menjadi pemicu kejadian itu. Secara umum, Tika memaparkan gejala yang muncul ketika hubungan pasangan suami-istri sedang dalam masalah. "Gejalanya adalah terjadi pertengkaran, pisah ranjang, jarang pulang, hingga berlaku kasar," katanya saat dihubungi Ahad 12 November 2017.
Tika mengatakan gejala itu bisa saja tidak terjadi bila pasangan suami istri itu sudah mengalami depresi berat.
Sebelumnya, Ryan Helmi (41) membunuh istrinya, Letty Sultri (46) pada Kamis malam, 9 November 2017. Keduanya berprofesi sebagai dokter. Awalnya, Helmi mendatangi tempat istrinya bekerja di klinik kesehatan Azzahra, Cawang, Jakarta Timur. Ia datang dengan membawa dua pistol, yakni revolver rakitan dan jenis FN.
Tujuan Helmi adalah meminta Letty membatalkan gugatan cerai. Putusan gugatan cerai rencananya dikeluarkan pada Sabtu, 18 November 2017. Helmi berniat mengajak Letty bicara, tapi malah terjadi percekcokan. Pada akhirnya, Helmi menembak Letty sebanyak enam kali pada bagian muka dan dada. Baca: Alkohol Picu Kanker Mulut, Tenggorokan, Kerongkongan, dan Hati
Usai beraksi, Helmi keluar ruangan dengan tenang. Dua jam setelah menembak, ia menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya sambil membawa dua pistol. Ia pun mengakui perbuatannya. Hasil tes urin menunjukkan, Helmi mengonsumsi obat penenang.
Sebelum peristiwa itu, keluarga Letty pernah mengadukan Helmi karena kekerasan dalam rumah tangga. Kini, Helmi bisa dijerat Pasal 340 dan 338 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pembunuhan.
Baca juga: Tiga Tanda Anda Berniat Bunuh Diri
Tika tak dapat menerka apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah tangga Helmi dan Letty. Namun, ia menduga Helmi membunuh karena dendam. Ada perasaan marah yang meledak dan pelampiasan. Akan tetapi, itu hanya asumsi bila dilihat dari tingkah laku Helmi yang membunuh istrinya dan menembak lebih dari satu kali.“Ini kan kita tidak bisa bahas karena data dan fakta tidak ada,” ujar Tika. Baca: Hari Ayah Nasional, Anies Baswedan Berkisah tentang Foto Jadul
Menurutnya, pola pikir suami-istri tak lagi sepaham bila gagal membangun rumah tangga. Karenanya, perlu ada peran orang ketiga untuk meminimalkan salah paham yang berujung pada pembunuhan. Orang ketiga itu adalah keluarga. Hubungan keluarga yang baik akan mempermudah suami-istri untuk menceritakan masalahnya ke sanak saudara. “Kualitas keluarga yang bagus itu kalau ribut dan ada kasus, tapi terbuka,” katanya.