Moncernya Bisnis Makanan Beku, Simak Kisah Sukses Pelaku

Reporter

Bisnis.com

Senin, 6 Juli 2020 21:01 WIB

Ilustrasi makanan beku, bakso. Pixabay

TEMPO.CO, Jakarta - Makanan beku menjadi salah satu bisnis yang tak pernah mati. Apalagi di tengah kesibukan aktivitas, masyarakat ingin yang serbapraktis, termasuk menyediakan makanan.

Tren makanan beku ini kian meningkat, terutama di masa pandemi Covid-19, karena masyarakat lebih senang memasak sendiri di rumah, tetapi tidak ingin repot sehingga makanan beku menjadi pilihan.

Berkah ini pula yang dirasakan oleh Yudhi Dwinanto, pemilik usaha Kraukk Frozen Food. Memulai bisnisnya sejak 11 tahun lalu, Yudhi menuturkan tren penjualannya meningkat setiap tahun. Bahkan, tanpa adanya kasus pandemi, grafiknya terus melonjak karena kebutuhan masyarakat untuk menyediakan menu makanan serbacepat dengan harga terjangkau.

“Sebelum pandemi ini trennya selalu naik rata-rata 10-20 persen per tahun. Saat terjadi pandemi mulai Maret ini, kenaikannya luar biasa. Apalagi jelang bulan puasa, ditambah adanya lockdown dan karantina wilayah, masyarakat butuh lebih banyak makanan. Bisnis frozen food kami naik lebih dari 300 persen, didukung pula banyak reseller dan dropshipper yang ingin bergabung,” tuturnya.

Saking banyaknya permintaan, Yudhi mengaku pabriknya sampai kewalahan memenuhi pesanan yang membludak. Tak jarang akhirnya produk pesanan tersebut harus menunggu masa preorder untuk diproduksi kembali.

Advertising
Advertising

Saat ini, kemampuan produksi hariannya mencapai 500 kg sementara permintaan bisa lebih dari itu. Biasanya, untuk memenuhi kebutuhan, para karyawan diberi tambahan kerja lembur atau menambah jumlah karyawan.

Namun, karena adanya pandemi Covid-19, perusahaan tidak diperkenankan menambah jumlah karyawan dan jam kerja pun lebih terbatas. Kondisi ini menimbulkan dilema tersendiri bagi perusahaan.

“Di satu sisi permintaan terus melonjak, tetapi kapasitas produksi terbatas karena adanya regulasi yang mengatur mengenai karyawan dan jam kerja. Bahan baku dari supplier pun sedikit tersendat. Kita sebagai pelaku usaha harus pintar-pintar mengatur, semoga bisa segera normal dan bisa memenuhi permintaan dengan cepat,” ujarnya.

Yudhi sebetulnya sudah memulai usahanya sejak 2006, ketika masih bekerja sebagai PNS di salah satu instansi pemerintahan. Modal yang dikeluarkan saat pertama memulai usaha hanya sekitar Rp 1 juta yang digunakan untuk membeli makanan beku curah dari pabrik, kemudian dia kemas kembali dan dijual melalui website.

“Pas pertama mulai saya promosikan melalui website gratis dan pasang iklan di internet, lalu ada banyak pabrik yang nawarin diri ke saya. Dari sekian banyak produsen lalu saya tentukan satu partner yang cocok di harga dan kualitas rasa, dan itu bertahan sampai saat ini,” jelasnya.

Hingga akhirnya pada 2009, Yudhi mulai fokus mengembangkan merek sebab jika hanya menjual produk polosan tanpa merek akan menyulitkan untuk pengembangan bisnis karena masyarakat tidak mengenal identitas merek dari produk yang dijual.

Berita terkait

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

7 jam lalu

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

Pengacara eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy merasa heran kliennya diseret dalam kasus yang melibatkan perusahaan sang istri.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Mendaftarkan Alamat Toko di Google Maps

5 hari lalu

Begini Cara Mendaftarkan Alamat Toko di Google Maps

Mendaftarkan alamat toko bisnis di Google Maps dapat membantu meningkatkan visibilitas dan mencapai audiens yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Kemendag Sebut Bisnis Waralaba Meningkat 5 Persen, Terpusat di Pulau Jawa

7 hari lalu

Kemendag Sebut Bisnis Waralaba Meningkat 5 Persen, Terpusat di Pulau Jawa

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim menyebut perkembangan waralaba tahun ini meningkat sebanyak 5 persen.

Baca Selengkapnya

Kementerian Perdagangan Sebut Waralaba Makanan dan Minuman Terbesar, Capai 47 Persen

7 hari lalu

Kementerian Perdagangan Sebut Waralaba Makanan dan Minuman Terbesar, Capai 47 Persen

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim menyebut bisnis waralaba di sektor makanan dan minuman menjadi yang terbesar

Baca Selengkapnya

Daftar 7 Franchise dengan Modal Murah di Bawah Rp 10 Juta, Ada Es Teh Solo

8 hari lalu

Daftar 7 Franchise dengan Modal Murah di Bawah Rp 10 Juta, Ada Es Teh Solo

Bagi Anda yang ingin membuka bisnis dengan modal yang terbatas, sejumlah franchise murah di bawah Rp 10 juta berikut ini bisa jadi masuk pertimbangan.

Baca Selengkapnya

Indeks Bisnis UMKM BRI Triwulan I 2024

13 hari lalu

Indeks Bisnis UMKM BRI Triwulan I 2024

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mempublikasikan Indeks Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Q1-2024 dan Ekspektasi Q2-2024.

Baca Selengkapnya

Perjanjian Pranikah, Perhatikan Ketentuannya

15 hari lalu

Perjanjian Pranikah, Perhatikan Ketentuannya

Perjanjian pranikah atau perjanjian pisah harta dilakukan kedua pasangan memiliki pendapatan atau bisnis sendiri masing-masing.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

16 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Penjualan Manufaktur Suku Cadang Lesu, Pendapatan VKTR Teknologi Turun

17 hari lalu

Penjualan Manufaktur Suku Cadang Lesu, Pendapatan VKTR Teknologi Turun

Pendapatan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) turun karena penjualan manufaktur suku cadang lesu.

Baca Selengkapnya

Kelola Limbah, Startup asal Bandung dan Bekasi Mendapat Dana di Philanthropy Asia Summit

24 hari lalu

Kelola Limbah, Startup asal Bandung dan Bekasi Mendapat Dana di Philanthropy Asia Summit

Dua startup asal Indonesia, MYCL dan Sampangan, mendapat pendanaan dari Philanthropy Asia Summit 2024 karena sukses mengelola limbah.

Baca Selengkapnya