Sering Marah-marah Bisa Memicu Stroke, Diabetes dan Penyakit Jantung

Reporter

Tempo.co

Selasa, 5 Oktober 2021 11:23 WIB

Ilustrasi perempuan marah. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Marah adalah emosi yang wajar. Manusia memang sudah dibekali dengan potensi emosi yang seperti itu, seperti halnya kita bisa bahagia, senang, takjub atau sikap yang emosi biasa-biasa saja.

Dalam pandangan yang berkembang di kalangan orang Jawa bahkan, seseorang bisa marah tanpa terlihat sekalipun bahwa dia sedang marah.

Lalu bagaimana seharusnya kita mengelola rasa marah yang kita rasakan? Apakah perlu diluapkan? diluapkan seperti gelombang tsunami? atau dipendam tapi ibarat bara dalam sekam?

Secara ilmiah dan medis, kemarahan adalah sebuah emosi kuat yang jauh lebih baik jika dapat dikontrol. Jika rasa marah tidak dapat dikelola dengan baik, efeknya dapat merugikan Anda dan orang-orang di sekitar Anda.

Marah-marah juga dapat berujung pada argumen, perkelahian fisik, hingga kekerasan baik terhadap orang lain maupun diri sendiri.

Advertising
Advertising

Bukan hanya dapat mempengaruhi emosi dan cara seseorang menghadapi suatu situasi yang dihadapinya, kemarahan yang kerap dirasakan oleh seseorang dapat menimbulkan senyawa kimia yang mempengaruhi metabolisme tubuh.

Perubahan ini dapat berakibat buruk pada berbagai sistem tubuh, di antaranya:

Penyakit jantung koroner

Dikutip dari laman NCBI, emosi yang negatif berpengaruh pada kondisi seperti aterosklerosis atau penyakit jantung koroner. Kemarahan berdampak langsung pada penyakit kardiovaskular dan sistem saraf simpatik. Pembebasan hormon stres dapat menimbulkan peristiwa semacam modifikasi hemodinamik dan metabolik, masalah vaskular, dan gangguan irama jantung.

Perilaku bulimia

Emosi negatif adalah salah satu aspek terkait pasien dengan bulimia. Hubungan antara emosi negatif dan perilaku gangguan makan sebagian bergantung pada variabel kepribadian, seperti impulsivitas.

Peningkatan tingkat kemarahan dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan pasien untuk makan dan memuntahkannya. Impulsivitas berperan dalam menjembatani hubungan antara kemarahan dan kemungkinan untuk makan berlebihan.

Diabetes

Kemarahan diasosiasikan dengan terjadinya diabetes tipe 2 melalui dua potensi mekanisme: gaya hidup yang tidak sehat lalu berujung pada obesitas dan/atau aktivasi sistem saraf simpatis, yang mengarah pada respons inflamasi oleh interleukin-6, dikutip dari Golden Hill et.al.

Tidak ada hubungan langsung antara kemarahan secara keseluruhan dengan risiko diabetes, tetapi individu dengan karakter temperamen memiliki 34 persen peningkatan risiko terkena diabetes dibandingkan mereka yang berada di level rendah.

Stroke

Dikutip dari laman Everyday Health, salah satu penelitian menyebutkan seseorang berisiko tiga kali lebih tinggi untuk terkena stroke akibat penyumbatan pembuluh darah atau pendarahan di otak selama dua jam setelah seseorang mengalami ledakan kemarahan. Orang dengan aneurisma di salah satu arteri otak berisiko enam kali lebih tinggi memecahkan aneurisma setelah ledakan kemarahan.

Belajar untuk mengendalikan kemarahan dan emosi negatif dapat dilakukan dengan berbagai cara. Contohnya, menjauhi situasi yang membuat Anda stres sampai Anda merasa jauh lebih baik, menerima emosi yang Anda rasakan, mencari tahu apa yang membuat Anda marah, lakukan kegiatan fisik seperti berolahraga, dan menceritakan perasaan anda kepada orang yang dipercaya.

DINA OKTAFERIA

Baca juga: Marah Jangan Dipendam, Kendalikan dan Salurkan dengan Cara yang Tepat

Berita terkait

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

2 hari lalu

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya

Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

3 hari lalu

Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Peneliti menyebut amarah buruk buat fungsi pembuluh darah, mengganggu fungsi arteri, yang selanjutnya terkait risiko serangan jantung.

Baca Selengkapnya

Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

4 hari lalu

Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

Justin Bieber menangis di Instagram. Reaksi warganet pun beragam. Bahkan istrinya, Hailey, ikut mengomentari dengan kata cengeng.

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

11 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

11 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

12 hari lalu

Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

18 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

Luapkan Amarah dengan Menulis Lalu Membuangnya

22 hari lalu

Luapkan Amarah dengan Menulis Lalu Membuangnya

Ada beragam cara orang meluapkan amarah. Menulis perasaan negatif dan membuangnya dianggap bisa atasi amarah.

Baca Selengkapnya

Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

30 hari lalu

Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

Perempuan disebut lebih rentan terserang burnout. Psikoterapis membagi tips untuk meredakannya.

Baca Selengkapnya

4 Dampak Buruk Kecanduan pada Kognitif Anak

41 hari lalu

4 Dampak Buruk Kecanduan pada Kognitif Anak

Kecanduan game atau media sosial sangat buruk terhadap kemampuan kognitif anak. Berikut empat dampak jeleknya.

Baca Selengkapnya