Bagaimana Meredakan Risiko Lanjutan Delusi?

Kamis, 30 Juni 2022 09:47 WIB

Ilustrasi. TEMPO/Zulkarnain

TEMPO.CO, Jakarta - Delusi gangguan psikotik yang tak bisa membedakan peristiwa nyata dan khayal. Orang yang delusi menganggap khayalannya sebagai kejadian yang benar terjadi. Mengutip WebMD, delusi ditandai keyakinan tak terbantahkan terhadap hal tidak nyata.

Orang delusi juga mungkin bercampur masalah kecemasan, depresi, halusinasi, perasaan dieksploitasi, gangguan preokupasi terhadap kesetiaan atau kepercayaan teman, dan terus menyimpan dendam. Ada berbagai faktor penyebab delusi.

Apakah delusi bisa dicegah atau diobati?

Merujuk keterangan Cleveland Clinic, tidak ada kepastian untuk pencegahan gangguan delusi. Tapi, diagnosis dan penanganan dini bermanfaat mengurangi risiko lanjutan delusi.

Terapi perilaku kognitif (CBT) digunakan untuk membantu mengenali pola pikir orang yang delusi. Proses ini berangsur membenahi pemikiran yang lebih baik dan realistis. Mengutip Simply Psychology, terapi CBT turut melibatkan keluarga untuk mendukung dan menemani seseorang yang mengalami delusi. Dukungan itu berguna menekan risiko delusi.

Kondisi yang mempengaruhi delusi

Mengutip WebMD , sejumlah besar dari mereka yang mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD) juga rentan delusi. Khususnya riwayat mengalami penganiayaan. Mengutip Simply Psychology, ada hubungan sebab akibat antara trauma, stres, dan timbulnya delusi. Adapun delusi juga mungkin dipicu demensia, masalah suasana hati, Parkinson, dan gangguan psikotik yang dipengaruhi zat tertentu.

Advertising
Advertising

Stres rentan memicu gangguan delusi. Kondisi itu bisa makin parah jika terbiasa mengonsumsi minuman beralkohol dan penyalahgunaan obat-obatan. Gangguan delusi (parasitosis delusi) dalam beberapa kasus dialami setelah seseorang mengalami ketakseimbangan kimia di otak atau masalah kesehatan lainnya, dilansir Healthline. Kondisi yang menyebabkan delusi ini juga berhubungan dengan penggunaan atau kecanduan narkoba, misalnya jenis kokain.

Orang yang banyak mengalami tekanan hidup juga dimungkinkan rentan mengalami delusi. Merujuk laporan penelitian Increased Stress-Induced Dopamine Release in Psychosis, peneliti mengamati dopamin kimia otak mempengaruhi psikosis (percaya, melihat, atau mendengar sesuatu yang tak ada). Stres berat atau penyakit lain menyebabkan terlalu banyak dopamin di otak.

Baca: Stres Berat Rentan Menyebabkan Parasitotis Delusi, Kenapa?

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Spesialis Saraf Jelaskan Segala Hal tentang Penyakit Parkinson

23 jam lalu

Spesialis Saraf Jelaskan Segala Hal tentang Penyakit Parkinson

Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sejalan dengan proses penuaan sistem saraf di otak ketika zat dopamin mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

7 Cara Alami Meredakan Hipertensi Tanpa Obat

1 hari lalu

7 Cara Alami Meredakan Hipertensi Tanpa Obat

Mengatasi hipertensi tidak selalu dengan obat. Masalah kesehatan ini juga bisa diatasi dengan melakukan beberapa hal berikut ini.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

2 hari lalu

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.

Baca Selengkapnya

Perbaiki Suasana Hati dan Kesehatan Mental dengan Makanan Sehat Berikut

3 hari lalu

Perbaiki Suasana Hati dan Kesehatan Mental dengan Makanan Sehat Berikut

Pola makan seimbang secara keseluruhan yang mengandung banyak makanan padat nutrisi baik untuk kesehatan mental dan suasana hati.

Baca Selengkapnya

Cara Menangani Gejala PTSD yang kerap Dialami Setelah Mengalami Trauma

4 hari lalu

Cara Menangani Gejala PTSD yang kerap Dialami Setelah Mengalami Trauma

Seseorang akan berusaha sekeras mungkin untuk menghindari tempat, situasi, benda, dan orang yang mengingatkannya akan peristiwa trauma tersebut.

Baca Selengkapnya

5 Tanda Seseorang Butuh Me Time

5 hari lalu

5 Tanda Seseorang Butuh Me Time

Me time atau waktu sendirian merupakan cara yang sehat untuk meremajakan diri, mengurangi stres, dan memulihkan energi

Baca Selengkapnya

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

16 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

18 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

19 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

19 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya