Bisakah Kusta Disembuhkan?

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Selasa, 12 Juli 2022 17:30 WIB

Seorang penyandang kusta melakukan pencoblosan Pilkada Tangerang di rumahnya di kawasan Sitanala, Tangerang, Banten, (31/8). Tangerang secara serantak laksanakan Pemilihan walikota dan wakil walikota di 13 kecamatan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit kusta telah ada sejak zaman dahulu. Kusta merupakan penyakit yang dapat menimbulkan luka parah pada bagian kulit. Penyakit ini lebih banyak diderita anak-anak di banding dengan orang dewasa.

Dilansir dari Organisasi Kesehatan Dunia ( World Health Organization atau (WHO), sebanyak 208.000 orang di seluruh dunia telah terinfeksi kusta. Kebanyakan mereka berada di daerah Afrika dan Asia.

Ada dua tipe penyakit kusta, yakni kering dan basah. Perbedaan kedua tipe tersebut terletak pada gejalanya.

Penyakit kusta kering dapat menimbulkan gejala seperti bercak mati rasa dari satu hingga lima titik, sedangkan kusta basah memiliki gejala seperti bercak mati rasa yang lebih banyak. Perbedaan keduanya juga dapat dianalisis melalui uji laboratorium.

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae ini menimbulkan luka pada kulit dengan bekas pucat serta benjolan yang tidak hilang dalam waktu lama. Gejala lainnya adalah melemahnya otot kaki dan lengan.

Advertising
Advertising

Gejala kusta akan muncul setelah terjadinya infeksi oleh bakteri penyebab kusta. Beberapa orang tidak mengalami gejala hingga 20 tahun kemudian. Hal itu dikarenakan periode inkubasi dari bakteri Mycobacterium leprae yang lama, sehingga susah dianalisis kapan dan di mana terjadinya infeksi.

Jenis luka dapat mempengaruhi bentuk penyakit kusta. Beberapa jenis kusta di antaranya adalah:

Tuberkulosis

Bentuk kusta ringan yang tidak terlalu parah. Gejala pada kusta ini adalah terdapat bercak datar dan kulit pucat. Area kulit akan terasa mati rasa karena saraf dibawahnya mengalami kerusakan.

Lepromatosa

Bentuk kusta yang lebih parah. Gejala jenis kusta ini adalah muncul benjolan dan ruam, mati rasa dan kelemahan pada otot.

Borderline

Jenis kusta dengan gejala seperti tuberkuloid dan lepromatosa.

Apakah penyakit kusta dapat disembuhkan?

Menurut data WHO, dalam dua dekade terakhir, 16 juta penderita kusta telah berhasil disembuhkan. Pengobatan kusta tergantung dari jenis kusta yang dialami penderita. Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.

Pengobatan jangka panjang dilakukan dengan durasi 6 bulan sampai satu tahun. Apabila penyakit kusta menjadi lebih parah, konsumsi antibiotik perlu lebih lama. Antibiotik berfungsi untuk mengobati kerusakan syaraf yang disebabkan oleh kusta.

MELINDA KUSUMA NINGRUM

Baca juga: Penderita Kusta di Indonesia Terbanyak ke-3 di Dunia, Apa Penyebab Penyakit Kusta?

Berita terkait

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

4 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

4 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

4 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

7 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

9 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

12 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

14 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

14 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

15 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

16 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya