Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penderita Kusta di Indonesia Terbanyak ke-3 di Dunia, Apa Penyebab Penyakit Kusta?

image-gnews
Seorang penyandang kusta melakukan pencoblosan Pilkada Tangerang di rumahnya di kawasan Sitanala, Tangerang, Banten, (31/8). Tangerang secara serantak laksanakan Pemilihan walikota dan wakil walikota di 13 kecamatan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Seorang penyandang kusta melakukan pencoblosan Pilkada Tangerang di rumahnya di kawasan Sitanala, Tangerang, Banten, (31/8). Tangerang secara serantak laksanakan Pemilihan walikota dan wakil walikota di 13 kecamatan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati peringkat ketiga kasus kusta terbanyak di dunia hingga 2020 lalu.Penderita kusta terbanyak pada 2020 ditempati India dengan total 65.147 kasus. Urutan kedua ditempati Brasil dengan penderita kusta sebanyak 17.979 orang. Sementara Indonesia menempati urutan ketiga dengan total penderita kusta sebanyak 11.173 orang.

Setiap 31 Januari diperingati sebagai Hari Kusta Sedunia. Hari Kusta Sedunia dirayakan dengan tujuan menjadi sebuah momen untuk mengingat bahwa orang-orang yang pernah mengalami penyakit kusta perlu mendapatkan perhatian dan kepedulian lebih dari masyarakat.

Mengutip dari laman RSUD Kota Bekasi, disebutkan bahwa penyakit kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, dan mata. Penyebab kusta adanya bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut akan tumbuh dengan pesat pada bagian tubuh yang memiliki suhu dingin, seperti wajah, tangan, kaki, dan lutut.

Gejala Penyakit Kusta

Gejak penyakit kusta tidak terlihat jelas dan sangat lambat untuk diketahui. Bahkan, gejala kusta bisa muncul 20 tahun setelah bakteri berkembang biak di dalam tubuh penderita kusta. Secara umum, gejala-gejala kusta adalah sebagai berikut:

1. Kemunculan lesi pucat dan menebal pada kulit.

2. Muncul luka, tetapi tidak terasa sakit.

3. Terjadi pembesaran saraf di siku dan lutut.

4. Kehilangan alis dan bulu mata.

5. Mati rasa, baik sensasi terhadap perubahan suhu, tekanan, sentuhan, maupun rasa sakit.

6. Hilangnya jari.

7. Kelemahan otot, khususnya otot kaki dan tangan, yang bisa menyebabkan kelumpuhan.

8. Kerusakan pada hidung yang bisa menimbulkan mimisan hingga kehilangan tulang hidung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

9. Mata menjadi kering dan jarang berkedip.

Pengobatan Penyakit Kusta

Penderita penyakit kusta masih bisa disembuhkan melalui berbagai penanganan medis dengan pemberian obat-obatan. Bahkan, di Indonesia pemberian obat bagi penderita penyakit kusta tidak dipungut biaya apapaun alias gratis.

Selain itu, dalam 20 tahun terakhir, sudah ada 16 juta penderita kusta yang berhasil sembuh. World Health Organization (WHO) juga sudah mengembangkan Multi Drug Therapy (MDT) pada 1995. Multi Drug Therapy ini menjadi salah satu solusi untuk mengobati penyakit kusta. Melansir dari laman Dinas Kesehatan DKI Jakarta, kombinasi obat dalam MDT tergantung dari tipe kusta yang diderita. Bagi tipe kering, obat harus dikonsumsi selama 6 bulan. Sedangkan, untuk tipe basah, obat harus dikonsumsi selama 12 bulan. Ingat, obat ini harus dikonsumsi secara teratur.

Pencegahan Penyakit Kusta

Terdapat berbagai cara dan upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kusta, antara lain:

  1. Menjaga imunitas dengan makanan bergizi

Salah satu cara paling penting dalam pencegahan kusta adalah menerapkan pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat, seperti memakan makanan yang bergizi dan rutin berolahraga akan berdampak pada sistem imum. Sistem imun yang baik ini akan berdampak baik, bagi tubuh, tidak hanya melindungi dari kusta, tetapi dari penyakit lain juga.

  1. Sirkulasi udara yang baik

Selain menerapkan pola hidup yang sehat, Anda juga bisa mengatur ventilasi rumah Anda dengan baik. Hal ini dimaksudkan supaya udara dapat sirkulasi udara dengan baik sehingga bakteri dan virus yang ada di rumah akan semakin kecil risikonya untuk ‘hidup’.

EIBEN HEIZIER

Baca: Indonesia Masih Penyumbang Kusta ke-3 di Dunia, Waspadai Hal ini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.


Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

UNDP, WHO dan Kemenkes kolaborasi proyek yang didanai oleh Green Climate Fund (GCF) untuk waspadai dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan/Tempo- Mitra Tarigan
Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.


Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati ilustrasi virus di luar pusat sains regional di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. [REUTERS/Phil Noble]
Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

21 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

24 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

25 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

27 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?


Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

29 hari lalu

Warga Palestina memeriksa kerusakan di Rumah Sakit Al Shifa setelah pasukan Israel mundur dari Rumah Sakit dan daerah sekitarnya setelah operasi dua minggu, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza 1 April 2024. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza


Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

44 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.


Ketua MER-C Ungkap Tantangan Kirim Tim Medis ke Gaza

44 hari lalu

Presidium Lembaga Medis dan Kemanusiaan (MER-C) Faried Thalib dan Sarbini Abdul Murad saat konferensi pers di kantor MER-C Indonesia, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Maret 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Ketua MER-C Ungkap Tantangan Kirim Tim Medis ke Gaza

Tim medis yang dikirim oleh MER-C berhasil mencapai Gaza dengan bantuan WHO.